BIMBINGAN
IPD-17 : HIPERTENSI
Disampaikan oleh :
dr. Suzanna Ndraha Sp.PD, KGEH, FINASIM
Diringkas oleh :
Letidebora Enjuvina
Definisi
dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu abnormalitas
yang terjadi pada tekanan darah seseorang. Penyakit ini merupakan salah satu
penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Karena hipertensi dapat menyerang
beberapa target organ didalam tubuh, dan banyak organ-organ vital yang menjadi
sasarannya, antara lain jantung yang dapat mengakibatkan Hypertensive
Heart Disease, dan berakhir pada
gagal jantung, kedua adalah otak yang dapat mengakibatkan stroke iskemik
ataupun perdarahan, ketiga adalah ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal
kronik, selanjutnya pada pembuluh darahnya sendiri akan terjadi peripheral artery disease, dan terakhir ke pembuluh darah retina yang akan
mengakibatkan hypertensive retinopathy.
Dikatakan hipertensi apabila terjadi
peningkatan tekanan sistolik (≥140 mmHg) atau tekanan diastolik (≥90 mmHg).
Akan tetapi apabila ada pasien yang datang kepada anda, dan pertama kali diukur
tekanan darahnya ≥140/90 mmHg, kita tidak dapat langsung mendiagnosis sebagai
hipertensi, perlu pengecekan ulang sebanyak 3 kali. Apabila memang dalam 3 kali
pengukuran tetap ≥140/90 mmHg, kita dapat katakan itu sebagai hipertensi.
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada
seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur
dari A Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension2013).
Klasifikasi
|
Sistolik
|
Diastolik
|
|
Optimal
|
< 120
|
Dan
|
< 80
|
Normal
|
120-129
|
Dan/atau
|
80-84
|
Normal tinggi
|
130-139
|
Dan/atau
|
84-89
|
Hipertensi derajat 1
|
140-159
|
Dan/atau
|
90-99
|
Hipertensi derajat 2
|
160-179
|
Dan/atau
|
100-109
|
Hipertensi derajat 3
|
³180
|
Dan/atau
|
³110
|
Hipertensi sistolik terisolasi
|
³140
|
Dan
|
<90
|
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi
dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Pada hipertensi
primer, peningkatan tekanan darah terjadi karena efek penuaan akibat hilangnya elastisitas pada pembuluh darah
sendiri, dan ini terjadi 90% pada semua penderita hipertensi. Faktor-faktor
seperti usia, genetik, ras, jenis kelamin, penyakit dislipidemia, asam urat,
gaya hidup inilah yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi primer.
Hipertensi Sekunder adalalah
hipertensi yang terjadi akibat penyakit tertentu. Umumnya hipertensi sekunder mengenai
usia muda. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara
lain gagal ginjal kronik, hipertiroid, sindroma cushing, glomerulonefritis
(sindrom nefritis), tumor otak, penyakit conn, dan stenosis arteri
renalis. Keadaan-keadaan seperti ini memberikan 10% kasus pada semua penderita
hipertensi. Kemudian ada jenis lain yang dikenal sebagai Isolated Systolic Hypertension, ini adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg, tetapi diastolik <90 mmHg.
TATALAKSANA
HIPERTENSI
Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan
risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi
derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup
sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4
– 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut tidak didapatkan penurunan
tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang
lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak
guidelines adalah :
· Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat
dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat
yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
· Mengurangi asupan garam. Di negara kita,
makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan
daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan
cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet
rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi
pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak
melebihi 2 gr/ hari
· Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara
teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong
penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan
kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di
tempat kerjanya.
· Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi
alcohol belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi
alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan
dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per
hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan
darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
· Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat
ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi
merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
Tatalaksana Farmakologis
Untuk JNC 8, terdapat perbedaan dari
JNC sebelumnya yang dilihat adalah usia, apabila usia ≥60th memiliki
target tekanan darah <150/90 mmHg. Untuk usia <60 tahun target tekanan
darahnya <140/90 mmHg. Kemudian dilihat lagi berdasarkan ras, untuk ras
hitam diberikan thiazide atau CCB saja, bisa tunggal atau kombinasi, sedangkan
ras non-hitam diberikan thiazide atau ACE-Inhibitor atau ARB, atau CCB,
diberikan tunggal atau kombinasi. Kemudian ACE-Inhibitor dan ARB pada JNC 8
tidak dianjurkan untuk dikombinasi, karena mereka adalah jenis obat yang cara
kerjanya sama.
Golongan-golongan obat antihipertensi yang sering
dipakai pada sehari-hari antara lain:
1. Calcium Channel Blocker
Golongan yang lama pada obat ini yang terkenal adalah
nifedipin dengan dosis 10mg, dan rata-rata pada obat antihipertensi golongan
lama diberikan sebanyak 3 kali sehari. Obat ini adalah obat yang satu-satunya
aman pada CCB untuk ibu hamil, dan biasanya dipakai untuk menurunkan tekanan
darah pada hipertensi emergency, diberikan secara sublingual. Efek
samping dari obat ini sering menyebabkan takikardi. Untuk golongan baru kita
kenal banyak dijual dipasaran yaitu amlodipin dengan dosis 5 mg dan 10 mg,
pemberian hanya 1 kali sehari. Akan tetapi obat ini sering menyebabkan oedem
tungkai.
2. Ace Inhibitor
Yang terkenal dari golongan lama obat ini adalah
captopril sediaan 12,5 mg dan 25 mg. Obat golongan ini dapat menghambat
progresifitas nefropati pada Diabetes Melitus, dan dapat menjadi remodelling di
ventrikel kiri jantung. Obat ini di kontra indikasikan untuk penderita yang
memiliki kreatinin >3 mg/dL. Efek samping yang terkenal pada obat ini sering
menyebabkan batuk yang berlebihan. Kemudian golongan baru dari ACE Inhibitor
adalah antara lain lisinopril dengan sediaan 10mg, pemberian 1 kali sehari.
3. ARB (Angiotensin Reseptor
Blocker)
Golongan lama yang sering dipakai adalah losartan
dengan sediaan 25mg, 50 mg, dan 100mg. Keuntungan dari semua gologan obat ini
hanya diberikan 1 kali sehari baik golongan lama ataupun golongan baru. Untuk
golongan obat ini sangat dikontraindikasikan pada ibu hamil, ini berlaku juga
untuk golongan ACE-Inhibitor. Golongan baru dari obat ini yang terkenal adalah
candesartan sediaannya 8mg dan 16mg. Golongan ini juga dapat mengurangi
progresifitas dari nefropati DM.
4. Beta Blocker
Golongan lama yang paling terkenal adalah propranolol,
dan ini sangat baik digunakan pada hipertiroid dan sirosis hati pada keadaan
hipertensi porta. Sediaannya 10mg, 20mg, 40mg, 60mg dan 80mg. Golongan yang
baru antara lain bisoprolol dan ini sangat bagus diberikan pada hipertensi
dengan takikardi. Sediaannya 5mg dan 10mg. Golongan ini sangat dikontra
indikasikan pada pasien yang punya gangguan pada saluran napas seperti asma,
karena menyebabkan bronkospasme.
5. Diuretic
Yang paling sering digunakan
adalah Hidroclorothiazide, dengan sediaan 12,5mg, 25mg, dan 50mg,
kontraindikasi pada pasien ACKD (Acute Chronic Kidney Injury). HCT
ini biasanya dikombinasikan juga dengan sipronolakton, diuretic hemat kalium
untuk mencegah terjadinya hipokalemia, sediaannya 25mg, 50mg, dan 100mg.
Masih ada beberapa golongan lainnya
seperti beta blocker
sentral yaitu klonidin dengan
sediaan 15 microgram dan 75 microgram, akan tetapi ini adalah lini terakhir dan
biasanya juga digunakan untuk hipertensi emergency bersama nifedipin. Selain
itu metildopa dengan dosis 250 mg, diberikan 3 kali sehari, yang biasanya
diberikan pada ibu hamil, efek samping obat ini sering membuat mengantuk karena
efek kerja sentralnya