STATUS ANTROPOMETRI
PADA PASIEN PENYAKIT KRONIK
DI
BANGSAL RAWAT INAP RSUD KOJA
1Suzanna Ndraha 2Henny
Tannady Tan, 2Melfrits Rinell Siwabessy, 2Mardi Santoso
1Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Koja Jakarta
2Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Abstract
Background:
Studies have shown that development of chronic diseases was influenced by nutritional status. Therefore, the assessment of
nutritional status is very important to prevent various
complications of
chronic diseases. There are many ways to
assess the nutritional status. Body Mass Index
and Mid-upper Arm Muscle Circumference (MAMC) are two of them.
Aims: The aims of
this study was to find out the description of chronic
disease internal medicine ward of Koja hospital and the proportion of malnutrition on hospitalized patient with chronic diseases base on body mass index and mid-upper
arm muscle circumference.
Methods: All chronic
disease patients hospitalized in Koja Hospital on November 2009 – January 2010 were
evaluated. There were 26 patients; age ranged 16-72 years
old. The identity, diagnosis of chronic disease, BMI and MAMC was measured from
each patient. The study design was observational and cross
sectional.
Result: From 26 patients that had completed the study, the
most common chronic disease found were congestive heart failure, lung
tuberculosis, chronic kidney disease, type II diabetes mellitus, and anemia on chronic
disease. Patients with age <60 years old
was 80,8% and ≥ 60 years old was 19,2%. Female patients was 61,5% and male was
38,5%. Severe malnutrition base on BMI
was 26,9%, moderate was 26,9%, and normal was 46,2%. However, base on MAMC,
severe malnutrition was 57,7%, moderate 15,4%, normal 26,9%.
Conclusion: The most common chronic disease that
hospitalized at Koja hospital was congestive
heart failure. Percentation of malnutrition base
on MAMC higher than BMI.
Abstrak
Latarbelakang : Banyak studi
membuktikan bahwa perkembangan penyakit kronik sangat diperngaruhi
oleh status nutrisi. Jadi penilaian status nutrisi penting untuk mencegah terjadinya berbagai komplikasi. Ada banyak cara menilai status nutrisi, diantaranya adalah Indeks Massa Tubuh dan MAMC.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran penyakit kronik dan bagaimana proporsi malnutrisi berdasarkan indeks massa tubuh dan MAMC pasien penyakit kronik yang dirawat inap di RSUD Koja
Metode: Dua puluh enam
pasien dengan penyakit kronik yang berumur 16-72 tahun diambil dari bangsal
penyakit dalam RSUD Koja, Jakarta, Indonesia pada bulan Nopember 2009-Januari 2010. Pada
setiap pasien dikumpulkan data identitas, penyakit kronik, IMT dan MAMC. Penelitian ini bersifat observasional kros seksional.
Hasil: Dari 26 pasien
yang menyelesaikan penelitian, 5 penyakit kronik terbanyak yang ditemukan pada
pasien rawat inap RSUD Koja adalah gagal jantung kongestif, TB paru, gagal
ginjal kronik, diabetes melitus tipe 2 dan anemia kronik. Pasien berusia < 60 tahun didapatkan
sebanyak 80,8% dan ≥ 60 tahun 19,2%. Pasien wanita lebih banyak
dari pria (61,5% vs 38,5%). Persentasi malnutrisi berat berdasarkan indeks massa
tubuh adalah 26,9%, malnutrisi ringan 26,9% dan normal 46,2%. Sedangkan
persentasi berdasarkan MAMC untuk malnutrisi berat 57,7%, malnutrisi ringan
15,4% dan normal 26,9%.
Kesimpulan : penyakit kronik
terbanyak di RSUD Koja adalah gagal jantung kongestif. Persentasi malnutrisi
berdasarkan MAMC lebih tinggi dari pada IMT.
Pendahuluan
Pengertian
penyakit kronik menurut WHO adalah penyakit dengan durasi panjang dan progresifitas
lambat. Penyakit-penyakit kronik seperti penyakit jantung, strok, kanker,
penyakit pernapasan kronik dan diabetes merupakan penyebab kematian terbanyak
yaitu sebesar 63%. Di tahun 2008, sebanyak 36 juta orang meninggal akibat
penyakit kronik, 9 juta di antaranya berusia di bawah 60 tahun dan 90% dari
kematian dini ini terdapat di negara miskin [1].
Menurut CDC (Center for Disease Control and Prevention),
penyakit-penyakit kronik seperti penyakit jantung, strok, kanker, diabetes dan
arthritis merupakan penyakit kronik yang dapat dicegah, namun menempati urutan
teratas dari masalah kesehatan di Amerika Serikat [2].
Salah satu
faktor yang berpengaruh pada perkembangan penyakit kronik adalah diet atau
asupan nutrisi. Status nutrisi adalah keseimbangan antara asupan gizi dan
pengeluarannya oleh organisme dalam proses pertumbuhan, reproduksi, dan
perawatan kesehatan [3]. Penilaian status nutrisi dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran antropometrik, penilaian biokimia atau tes laboratorium, indikator
klinis, dan penilaian diet [3,4].
Baron (1986)
mengemukakan data prevalensi malnutrisi pada pasien rawat inap di rumah sakit
berkisar antara 26-80%. Terjadinya malnutrisi tersebut akibat berkurangnya
asupan makanan oral, meningkatnya pembuangan zat gizi, dan meningkatnya
kebutuhan zat gizi [5]. Pengukuran status nutrisi dibedakan dalam 2 jenis,
yaitu cara pengukuran antropometrik dan cara pengukuran biokimiawi. Pengukuran
antropometri menurut Baron meliputi tinggi badan dan berat badan, triceps skin-fold thickness (TSF),
dan mid
arm muscle circumference (MAMC), sedangkan pengukuran antripometri menurut
Truswell adalah IMT (indeks massa tubuh) dan lingkar pinggang [6]. Kelemahan
pemeriksaan IMT adalah nilainya tidak akurat pada pasien dengan edema dan asites,
misalnya pada gagal jantung, sirosis hati, gagal ginjal kronik dll. Untuk
menghindari bias pemeriksaan berat badan akibat timbunan cairan dalam tubuh, TSF
dan MAMC lebih direkomendasi [7,8]
Di RSUD Koja
sendiri khususnya di bangsal perawatan Penyakit Dalam, belum pernah dilakukan
penelitian mengenai status nutrisi pasien yang di rawat inap. Mengingat
pentingnya peranan nutrisi dalam progresifitas penyakit kronik, maka dirasa
perlu untuk melakukan penelitian mengenai status gizi pasien yang dirawat dengan
penyakit kronik di RSUD Koja.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran penyakit kronik di bangsal rawat
inap RSUD Koja serta bagaimana proporsi malnutrisi berdasarkan IMT dan MAMC pasien penyakit kronik yang dirawat inap di RSUD Koja
Metode
Penelitian
ini menggunakan observasional kros seksional. Subjek penelitian berasal dari
pasien penyakit kronik bangsal penyakit dalam RSUD Koja dari 9
November 2009 sampai 9 Januari 2010.
Penyakit kronik yang masuk adalah (1) Kelainan kardiovaskuler: gagal jantung kongestif, aritmia kordis, penyakit
jantung koroner (2) Neoplasma: tumor paru, tumor mediastinum,
limfoma
maligna (3) Kelainan gastroenterohepatologi: kolitis
kronik, penyakit batu empedu (4) Kelainan metabolik endokrin: DM tipe 2, struma difusa toksik, (5) Tuberkulosis paru (6) Kelainan hematologi: anemia penyakit kronik, (7) Kelainan ginjal:
penyakit ginjal kronik. Pasien yang tidak bisa berdiri diatas timbangan dan
yang menolak dimasukkan dalam penelitian menjadi kriteria eksklusi. Status
nutrisi dinilai berdasarkan 2 parameter, yaitu IMT dan MAMC. Pemeriksaan IMT
dilakukan dengan menggunakan rumus IMT = (berat badan)/(tinggi badan)2 dimana
berat badan dinyatakan dalam kg dan tinggi dalam meter sehingga satuan IMT
adalah kg/m2. Interpretasi pemeriksaan IMT menggunakan klasifikasi
menurut WHO, yaitu berat badan kurang bila IMT < 18.50, normal bila IMT
18.5–24.99, lebih bila 25.00–29.99 IMT, obes bila IMT > 30.00 dan obes berat
bila IMT>40.00[6]. Pemeriksaan MAMC dilakukan dengan mengukur MUAC (muscle upper arm circumference) dan TSF,
kemudian dengan menggunakan rumus: MAMC = MUAC – [3,14 x TSF(cm)]
didapatkan nilai MAMC [9]. Pasien dinyatakan malnutrisi bila TSF dan/atau MAMC
dibawah persentil 5 (malnutrisi berat) atau antara persentil 5,1-15 (malnutrisi
ringan) dari data referensi Frisancho (NHANES I dan II) dan/atau IMT <20
kg/m2 dan/atau ada kehilangan berat badan ≥5–10% dalam 3–6 bulan terakhir [8,10,11].
Hasil
Gambar 1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin |
Dari 26 pasien yang dirawat inap di bangsal Penyakit Dalam RSUD Koja selama 9 November 2009 sampai 9 Januari 2010, didapatkan jumlah perempuan sebanyak 16 pasien (61,5%) dan laki-laki 10 pasien (38,5%), sebagaimana terlihat di gambar 1.
Dari segi usia, kelompok usia dibawah 60 tahun meliputi 80,8% pasien (21 orang), sedang sisanya 5 pasien (19,2%) berusia ≥ 60 tahun (gambar 2).
Gambar 2. Distribusi pasien berdasarkan usia |
Jenis penyakit kronik terbanyak adalah gagal jantung kongestif, TB paru, gagal ginjal kronik, diabetes melitus tipe II, dan anemia penyakit kronik.
Ditemukan proporsi pasien yang malnutrisi
berdasarkan IMT sebanyak 7 pasien (26,9%) malnutrisi berat, 7 pasien (26,9%)
dengan malnutrisi ringan, dan 12 pasien (46,2%) dengan status gizi normal atau
lebih (gambar 3).
Gambar 3. Distribusi pasien berdasarkan IMT |
Dan berdasarkan MAMC adalah 15 pasien (57,7%) dengan malnutrisi berat, 4 pasien (15,4%) dengan malnutrisi ringan, dan 7 pasien (26,9%) dengan status gizi normal (gambar 4).
Jika hasil kedua cara pemeriksaan
status gizi tersebut dibandingkan, maka terlihat sebagaimana pada gambar 5,
proporsi malnutrisi berat lebih banyak bila menggunakan MAMC, proporsi status
gizi normal lebih banyak bila menggunakan IMT.
Gambar 4. Distribusi
pasien berdasarkan MAMC
|