Disampaikan oleh : dr. Suzanna Ndraha, Sp,PD, KGEH
Diringkas oleh: Agung Ganjar Kurniawan
Definisi
dan Klasifikasi Hipertensi
Hampir
semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan
bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar
penentuan diagnosis hipertensi.
Hipertensi adalah suatu abnormalitas yang terjadi pada
tekanan darah seseorang. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian
terbesar di seluruh dunia. Mengapa? Karena hipertensi dapat menyerang beberapa
target organ didalam tubuh, dan banyak organ-organ vital yang menjadi
sasarannya, antara lain jantung yang dapat mengakibatkan Hypertensive Heart Disease, dan
berakhir pada gagal jantung, kedua adalah otak yang dapat mengakibatkan stroke
iskemik ataupun perdarahan, ketiga adalah ginjal yang dapat menyebabkan gagal
ginjal kronik, selanjutnya pada pembuluh darahnya sendiri akan terjadi peripheral artery disease, dan
terakhir ke pembuluh darah retina yang akan mengakibatkan hypertensive retinopathy.
Dikatakan hipertensi apabila terjadi peningkatan tekanan
sistolik (≥140 mmHg) atau tekanan diastolik (≥90 mmHg). Akan tetapi apabila ada
pasien yang datang kepada anda, dan pertama kali diukur tekanan darahnya ≥140/90
mmHg, kita tidak dapat langsung mendiagnosis sebagai hipertensi, perlu
pengecekan ulang sebanyak 3 kali. Apabila memang dalam 3 kali pengukuran tetap
≥140/90 mmHg, kita dapat katakan itu sebagai hipertensi.
HBPM: Home Blood
Pressure Monitoring
ABPM: Ambulatory
Blood Pressure Monitoring
Adapun
pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu
dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by the
American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension2013).
Klasifikasi
|
Sistolik
|
|
Diastolik
|
Optimal
|
<
120
|
Dan
|
<
80
|
Normal
|
120-129
|
Dan/atau
|
80-84
|
Normal
tinggi
|
130-139
|
Dan/atau
|
84-89
|
Hipertensi
derajat 1
|
140-159
|
Dan/atau
|
90-99
|
Hipertensi
derajat 2
|
160-179
|
Dan/atau
|
100-109
|
Hipertensi
derajat 3
|
³180
|
Dan/atau
|
³110
|
Hipertensi
sistolik terisolasi
|
³140
|
Dan
|
<90
|
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Pada
hipertensi primer, peningkatan tekanan darah terjadi karena efek penuaan akibat hilangnya elastisitas pada
pembuluh darah sendiri, dan ini terjadi 90% pada semua penderita hipertensi.
Faktor-faktor seperti usia, genetik, ras, jenis kelamin, penyakit dislipidemia,
asam urat, gaya hidup inilah yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi
primer.
Hipertensi Sekunder adalalah hipertensi yang terjadi akibat penyakit tertentu.
Umumnya hipertensi sekunder mengenai usia muda. Penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan hipertensi sekunder antara lain gagal ginjal kronik, hipertiroid,
sindroma cushing, glomerulonefritis (sindrom nefritis), tumor otak, penyakit conn, dan stenosis arteri
renalis. Keadaan-keadaan seperti ini memberikan 10% kasus pada semua penderita hipertensi.
Kemudian ada jenis lain yang dikenal sebagai Isolated
Systolic Hypertension, ini adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg, tetapi diastolik <90 mmHg.
TATALAKSANA
HIPERTENSI
Non
farmakologis
Menjalani
pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan
secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor
risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola
hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
·
Penurunan berat badan. Mengganti makanan
tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes
dan dislipidemia.
·
Mengurangi asupan garam. Di negara kita,
makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan
daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan
cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet
rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi
pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak
melebihi 2 gr/ hari
·
Olah raga. Olah raga yang dilakukan
secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat
menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu
untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin
mereka di tempat kerjanya.
·
Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun
konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun
konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan
pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2
gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan
tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol
sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
·
Berhenti merokok. Walaupun hal ini
sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah,
tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular,
dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
Tatalaksana
Farmakologis
Untuk JNC 8, terdapat perbedaan dari JNC sebelumnya yang
dilihat adalah usia, apabila usia ≥60th
memiliki target tekanan darah <150/90 mmHg. Untuk usia <60 tahun target
tekanan darahnya <140/90 mmHg. Kemudian dilihat lagi berdasarkan ras, untuk
ras hitam diberikan thiazide atau CCB saja, bisa tunggal atau kombinasi,
sedangkan ras non-hitam diberikan thiazide atau ACE-Inhibitor atau ARB, atau
CCB, diberikan tunggal atau kombinasi. Kemudian ACE-Inhibitor dan ARB pada JNC
8 tidak dianjurkan untuk dikombinasi, karena mereka adalah jenis obat yang cara
kerjanya sama.
Golongan-golongan
obat antihipertensi yang sering dipakai pada sehari-hari antara lain:
1. Calcium Channel Blocker
Golongan yang lama pada obat ini yang terkenal adalah nifedipin dengan
dosis 10mg, dan rata-rata pada obat antihipertensi golongan lama diberikan
sebanyak 3 kali sehari. Obat ini adalah obat yang satu-satunya aman pada CCB
untuk ibu hamil, dan biasanya dipakai untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi emergency, diberikan secara sublingual. Efek samping dari obat ini sering
menyebabkan takikardi. Untuk golongan baru kita kenal banyak dijual dipasaran
yaitu amlodipin dengan dosis 5 mg dan 10 mg, pemberian hanya 1 kali sehari.
Akan tetapi obat ini sering menyebabkan oedem tungkai.
2. Ace
Inhibitor
Yang terkenal dari golongan lama obat ini adalah captopril sediaan 12,5 mg
dan 25 mg. Obat golongan ini dapat menghambat progresifitas nefropati pada Diabetes
Melitus, dan dapat menjadi remodelling di ventrikel kiri jantung. Obat ini di kontra
indikasikan untuk penderita yang memiliki kreatinin >3 mg/dL. Efek samping
yang terkenal pada obat ini sering menyebabkan batuk yang berlebihan. Kemudian
golongan baru dari ACE Inhibitor adalah antara lain lisinopril dengan sediaan
10mg, pemberian 1 kali sehari.
3. ARB
(Angiotensin Reseptor Blocker)
Golongan lama yang sering dipakai adalah losartan dengan sediaan 25mg, 50
mg, dan 100mg. Keuntungan dari semua gologan obat ini hanya diberikan 1 kali
sehari baik golongan lama ataupun golongan baru. Untuk golongan obat ini sangat
dikontraindikasikan pada ibu hamil, ini berlaku juga untuk golongan
ACE-Inhibitor. Golongan baru dari obat ini yang terkenal adalah candesartan
sediaannya 8mg dan 16mg. Golongan ini juga dapat mengurangi progresifitas dari
nefropati DM.
4. Beta
Blocker
Golongan lama yang paling terkenal adalah propranolol, dan ini sangat baik
digunakan pada hipertiroid dan sirosis hati pada keadaan hipertensi porta.
Sediaannya 10mg, 20mg, 40mg, 60mg dan 80mg. Golongan yang baru antara lain
bisoprolol dan ini sangat bagus diberikan pada hipertensi dengan takikardi.
Sediaannya 5mg dan 10mg. Golongan ini sangat dikontra indikasikan pada pasien
yang punya gangguan pada saluran napas seperti asma, karena menyebabkan
bronkospasme.
5. Diuretic
Yang paling sering digunakan adalah Hidroclorothiazide, dengan sediaan
12,5mg, 25mg, dan 50mg, kontraindikasi pada pasien ACKD (Acute
Chronic Kidney Injury). HCT ini biasanya
dikombinasikan juga dengan sipronolakton, diuretic hemat kalium untuk mencegah
terjadinya hipokalemia, sediaannya 25mg, 50mg, dan 100mg.
Masih ada beberapa golongan lainnya seperti beta blocker sentral yaitu klonidin dengan sediaan 15 microgram dan 75 microgram, akan tetapi ini adalah lini terakhir dan biasanya juga digunakan untuk hipertensi emergency bersama nifedipin. Selain itu metildopa dengan dosis 250 mg, diberikan 3 kali sehari, yang biasanya diberikan pada ibu hamil, efek samping obat ini sering membuat mengantuk karena efek kerja sentralnya