RANGKUMAN DIABETES
& DYSLIPIDEMIA: Penanganan Dini
Disampaikan oleh: Dr. Benny Santosa, SpPD-KEMD
Diringkas oleh: Nik Nabila
Secara epidemiologi
berdasarkan International Diabetes Federation 2013, prevalensi diabetes
mellitus (DM) di Indonesia adalah sekitar 8,5 juta orang. Namun pada tahun
2014, jumlah pasien meningkat ke 9,116 juta orang dan diperkirakan pada tahun
2035, prevalensi DM di Indonesia menjadi 14,152 juta.
Faktor resiko DM
termasuklah:
i.
Usia
ii.
Jenis
kelamin
iii.
Riwayat
penyakit DM tipe gestasional
iv.
Riwayat
keluarga dengan DM
v.
AKtivitas
fisik
vi.
BMI
DM dapat
diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2 dan DM gestasional. Perbedaan
DMT1 dan DMT2 dapat dilihat pada tabel di bawah:
DMT1
|
DMT2
|
|
Patofisiologi
|
Destruksi
sel β, defisiensi insulin absolut
|
Resistensi
insulin dengan defisiensi insulin atau defek sekresi insulin dengan
resistensi insulin
|
Usia
|
Semua
|
> 30 tahun
|
Berat Badan
|
Kurus
|
Obese
|
Onset
|
Cepat
|
Lama
|
Simptom
|
Hiperglikemia,
ketosis
|
Klasik
|
Terapi
|
Insulin
|
Mungkin memerlukan insulin
|
Terdapat berbagai
organ tubuh yang berperan dalam regulasi kadar glukosa dalam darah. Saluran
cerna berfungsi untuk mengabsorbsi makanan dan memproduksi hormon incretin yang
bertujuan menginduksi sekresi insulin. Organ pancreas memproduksi insulin yang
membantu meningkatkaln penyerapan glukosa Selain itu, pancreas juga memproduksi
glucagon yang membantu menghasilkan glukosa pada saat puasa dengan mengubah
glikogen menjadi glukosa. Hati berfungsi menyimpan glukosa dalam bentuk
glikogen. Otot juga berperan dalam regulasi gula darah. Otot menjadi organ
utama untuk metabolism glukosa yaitu sekitar 70-80 % dengan bantuan insulin.
DMT1
DMT1 adalah penyakit
yang didasari oleh imunologi dan genetik dengan periode asimptomatik yang lama.
Cara untuk membantu mendeteksi DMT! adalah dengan deteksi autoantibodi yang
merusak sel β. > 90 % pasien yang baru terdiagnosa DMT1 mempunyai ≥
1antibodi yang bersirkulasi dia dalam darah. Nilai ≥ 2 mengindikasikan bahwa
pasien mempunyai resiko menderita DMT1 dalam waktu 5 tahun.
DMT2
Terdapat dua faktor
penting yang saling berinteraksi dalam patofisiologi DMT2 yaitu faktor genetik
dan faktor environmental. Faktor genetik menyebabkan defisisensi insulin
sedangkan faktor environmental menyebabkan terjadinya resistensi insulin.
Resistensi insulin ini yang mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi
glukosa di dalam hati dan jumlah uptake glukosa dalam otot berkurang sehingga
kedua hal ini akan menyebabkan peningkatan gula darah di dalam tubuh.
Manifestasi
Klinis DMT1 dan DMT2
DMT1
|
DMT2
|
Sering BAK
|
Salah satu
dari gejala DMT1
|
Sering haus
|
Infeksi berulang
|
Kelaparan
|
Penurunan
visus
|
Berat badan menurun drastis
|
Luka yang sulit sembuh
|
Sangat lemas
|
Kesemutan
|
Kriteria
Diagnostik DM berdasarkan PERKENI
Gejala klasik DM +
GDS ≥ 200 mg/dl
atau
Gejala klasik DM +
GDP ≥ 126 mg/dl
atau
GD2PP ≥ 200 mg/dl
DM Gestasional
Deteksi dan
diagnosis:
1. Skrining dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai
faktor resiko menderita DMT2 pada saat pertama kali ke dokter dengan
menggunakan kriteria diagnostic standar
2. Pada ibu hamil yang tidak mempunyai riwayat DM,
skrining dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu dengan menggunakan OGTT 75g
3. Setelah melahirkan, skrining harus tetap dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis DMT2. Pemeriksaan dilakukan 6-12 minggu
postpartum dengan menggunakan pemeriksaan selain HbA1C.
4. Wanita dengan riwayat DM gestasional harus dilakukan
skrining berterusan minimal setiap 3 tahun.
Impaired: Fasting Glucose & Glucose Tolerance
·
Glukosa
Darah Puasa Terganggu (GDPT)
= Gula darah 100 – 125 mg/dl setelah 8 – 12 jam puasa
·
Toleransi
glukosa Terganggu (TGT)
= Gula darah 140 – 199 mg/dl selama 2 jam OGTT
Pencegahan DM
berdasarkan PERKENI
Deteksi awal
|
Perubahan Gaya Hidup
|
Terapi Farmakologi
|
Monitor Faktor Resiko
|
Populasi beresiko tinggi < 30 tahun
· Riwayat keluarga
· CVD
· Gaya hidup sedentary
· IFG atau IGT
· Hipertensi
· Hipertrigliseridemia, HDL ↓
· Riwayat DM gestasional
· Riwayat melahirkan anak > 4000g
· PCOS
|
- Diet DM
- Aktivitas
fisik
- Penurunan
berat badan
|
Tidak
direkomendasikan
|
- Hipertensi
-
Dislipidemia
- Berat
badan
- Keadaan
umum
|
OGTT 2 jam adalah metode yang paling sensitive untuk skrining DM
|
- Jika overweight, berat badan harus diturunkan
5 – 10%
- Olahraga selama 30 menit, 5 kali seminggu
|
Nilai standar yang digunakan oleh PERKENI untuk DM
Bukan DM
|
Toleransi
Glukosa Terganggu
|
DM
|
||
GDS (mg/dL)
|
Plasma vena
|
< 100
|
100 – 199
|
≥ 200
|
Darah kapiler
|
< 90
|
90 – 199
|
≥ 200
|
|
GDP (mg/dL)
|
Plasma vena
|
< 100
|
100 – 125
|
≥ 126
|
Darah kapiler
|
< 90
|
90 – 99
|
≥ 100
|
Langkah Diagnosa DM dan Gangguan
Toleransi Glukosa
Pilar Penatalaksanaan DM
Pengelolahan DM dimulai dengan pengatuan makan dan
latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila kadar glukosa darah
belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat
hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO
dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi.
Dalam keadaan dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis, stress
berat, berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya ketouria, insulin
dapat segera diberikan.
Target Terapi
Resiko CVD (-)
|
Resiko CVD (+)
|
|
BMI (kg/m2)
|
18.5 - < 23
|
18.5 - < 23
|
Gula Darah
|
||
· GDP (mg/dL)
|
< 100
|
< 100
|
· GDPP (mg/dL)
|
<
140
|
<
140
|
A1C (%)
|
< 7.0
|
< 7.0
|
Tekanan Darah
|
<
130/80
|
<
130/80
|
Lipid
|
||
Kolestrol Total (mg/dL)
|
<
200
|
<
200
|
Trigliserida (mg/dL)
|
< 150
|
< 150
|
HDL (mg/dL)
|
>
40/ > 50
|
>
40/ > 50
|
LDL (mg/dL)
|
< 100
|
< 70
|
No comments:
Post a Comment