Bimbingan Terapi Insulin
Disampaikan oleh : dr.Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH FINASIM
Diringkas oleh : Ogi Leksi Susanto, S,Ked
DM (Diabetes Mellitus) merupakan suatu penyakit metabolik endokrin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa didalam darah lebih dari
normal. DM dapat terjadi akibat menurunnya kadar insulin baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk bisa mendiagnosa DM pasien harus
memiliki gejala trias DM yaitu (polifagi, polidipsi, dan poliuri) serta GDS
(glukosa darah sewaktu) harus ≥ 200mg/dL atau GDP (glukosa darah puasa) ≥
126mg/dL. Jika pasien tidak memiliki gejala trias DM maka GDS atau GDN harus
diulang, dan jika hasilnya lebih dari normal maka pasien dapat di diagnosa DM,
berikut adalah protokol untuk mendiagnosa DM
Jika
kita sudah bisa mendiagnosa pasien DM maka kita juga harus tau cara
mengendalikan DM nya, karena DM terjadi akibat defek dari insulin baik secara
kuantitaif maupun kualitatif bukan berarti pengobatan DM harus selalu menggunakan
insulin. Pasien DM pertama kali harus di edukasi untuk diet DM dan melaksanakan
pola hidup sehat, jika diet dan pola hidup sehat gagal untuk mengontrol gula
darah, maka terapi berikutnya adalah dengan OHO (obat hipoglikemik oral). Lini
pertama dari OHO adalah metformin, tetapi metformin kontraindikasi untuk pasien
dengan gagal ginjal terminal dan gangguan lambung karena dapat menimbulkan
asidosis laktat. Berikut adalah protokol penanganan DM.
Insulin
merupakan tahap terakhir dari pengobatan terhadap pasien DM tipe 2, indaksi
untuk penggunaan insulin adalah
- DM tipe 1
- Gagal OHO baik primer (tidak pernah bisa terkontrol biarpun dengan OHO dosis maksimal), maupun Sekunder : (Pernah terkontrol denga OHO, lama kelamaan menjadi tidak bisa terkontrol)
- Hamil
- Gagal ginjal terminal
- Infeksi berat dan akut
- Pankreatitis
- Stress akut (infeksi, gagal jantung)
Insulin
ada 2 macam yaitu prandial (insulin R) dan basal (insulin N), insulin prandial adalah insulin yang
diberikan untuk mengendalikan glukosa darah akibat makanan/minuman karena memiliki masa kerja yang singkat. Sedangkan insulin
basal adalah insulin yang diberikan pada malam hari saat pasien akan tidur
untuk mengendalikan glukosa darah yang dihasilkan oleh hepar saat pasien tidur
(hepatic glucose production) karena memiliki masa kerja yang panjang. Dosis
untuk memulai insulin basal adalah 0,1 - 0,2 unit/kgBB/hari, asumsi berat 50kg
maka dosisnya 10 unit/hari. Prinsip dari penggunaan insulin adalah “Start
low, go slow” Karena jika kita memberikan dosis terlalu tinggi bisa
menyebabkan hipoglikemi, dan sangat berbahaya bagi pasien.
Orang yang tidak memiliki penyakit DM dan tidak minum OHO ataupun tidak memakai insulin tidak bisa hipoglikemi, kecuali jika orang tersebut mengalami gagal hati seperti sirosis, sehingga hepar tidak lagi adekuat dalam menghasilkan glukosa pada saat orang tersebut tidur sehingga menyebabkan hipoglikemi. Dalam pemberian insulin basal harus berhati-hati, karena jika diberikan terlalu banyak dapat menimbulkan efek somogyi yaitu dimana kadar glukosa darah pagi meningkat akibat dari terlalu besarnya dosis insulin basal yang diberikan sehingga pada malam hari pasien mengalami hipoglikemi, untuk mengkompensasi hipoglikemi tersebut hepar meningkatkan hepatic glucose production sehingga pada pagi hari didapatkan kadar glukosa darah yang tinggi. Cara mengatasinya adalah dengan menurunkan dosis insulin basal.
Untuk menghitung total dosis insulin perhari
menggunakan 0,5 unit x KgBB, sebagai contoh : berat badan 60kg maka dosis
insulin perhari adalah 60 x 0,5unit = 30 unit/hari. Untuk dosis prandial
diambil 60% dari dosis total jadi 30Ux 60% = 18 unit, 18 unit tersebut dibagi
menjadi 3 dosis yaitu 6 unit untuk makan pagi (06.00), 6 unit untuk makan siang
(12.00), dan 6 unit lagi untuk makan malam (18.00). sedangkan untuk dosis
basalnya diberikan 40% dari dosis total jadi 30U x 40% = 12 unit.
Komplikasi
dari DM yang sering kita dengar adalah KAD (ketoasidosis Diabetik). KAD
ditandai dengan Glukosa darah ≥ 300mg/dL, aseton positif, dan asidosis metabolik.
Penanganan KAD harus segera dan tidak boleh ditunda, untuk penanganannya
dimulai dengan dosis insulin R drip 5U/jam dan cek GDS tiap 1 jam, apabila
dalam 1 jam gula darah tetap ≥ 300mg/dL
maka dinaikan menjadi 6U/jam apabila gula darah tetap ≥ 300mg/dL maka dinaikan
menjadi 7U/jam, dan dicek terus gula darah tiap jam, apabila masih tetap ≥
300mg/dL naikan jadi 8U, 9U, 10U… dan seterusnya setiap jam nya sampai gula
darah mencapai 200mg/dL-300mg/dL, jangan takut untuk menambahkan dosis insulin
tiap jamnya, karena insulin tidak mempunyai limit dose yang artinya dosis
insulin bisa sampai sebesar apapun untuk mencapai gula darah yang stabil. Apabila
gula darah sudah turun mencapai 200mg/dL-300mg/dL
maka dosis insulin dapat diturunkan menjadi 1U-2U/jam + SS/4 jam dan dalam 24 jam
ke 2 SS/6 jam, bila GDS ≤ 200mg/dL makan
drip dapat dihentikan, namun apabila GDS ≤ 100mg/dL maka infuse diganti dengan
D5%.
Dosis bolus insulin R untuk hiperglikemi adalah sebagai berikut :
- <200mg/dL : tidak diperlukan koreksi
- 200-250mg/dL = 5U
- 250-300mg/dl = 10U
- 300-350mg/dl = 15U
- >350mg/dl = 20U
Mengkonversi insulin R menjadi insulin N dapat menggunakan cara sebagai berikut, contoh pasien mendapatkan insulin R 3x10U dan insulin N 10U per hari, berarti pasien tersebut mendapat kan insulin R 30U/hari, maka untuk menkonversi menjadi N, total dosis insulin R : 2 sehingga menjadi 15U. Pasien tersebut pada awalnya juga menggunakan insulin N 10U, sehingga total dosis insulin N nya menjadi 25U/hari. dosis total tersebut dibagi menjadi 2 dosis namun untuk memudahkan pembagian dosis nya maka total dosis dibulatkan menjadi 24U/hari... Jadi 2/3 dosis yaitu 16U digunakan pada pagi hari (06.00), dan 1/3 dosis yaitu 8U dipakai untuk sore hari (18.00).
Nice explanation & practical application. Thank you
ReplyDeleteAstrup itu apa
ReplyDeletethank you for the explanation.. very helpful
ReplyDelete