BIMBINGAN IPD 18 - PENYAKIT BATU EMPEDU DAN HEPATOMA
Sabtu, 3 Juni 2017
Sabtu, 3 Juni 2017
Disampaikan oleh :
dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH, FINASIM
Diringkas oleh :
Gebby Aresta
PENYAKIT
BATU EMPEDU
Batu di empedu bisa ada
di kantong empedu namanya kolelitiasis, namun dapat pula batu ini bermigrasi ke
CBD(ductus coledocus) namanya koledokolitiais. Batu yang berada di kantong
empedu dan berada diam saja di kantong empedu sebetulnya tidak akan menjadi
masalah sehingga banyak orang yang memiliki batu di kantong empedunya namun
asimtomatik, tetapi jika batu ini keluar dari kantong empedu dan masuk ke CBD
maka disini batu ini akan menimbulkan masalah. Ada beberapa jenis batu empedu
seperti batu kolesterol dan batu pigmen. Batu kolestrol banyak didapatkan di
Barat, sedangkan batu pigmen lebih banyak di Indonesia dan kawasan Asia.
Penting untuk mengetahui jenis batu ini karena ada beberapa obat yang efektif
hanya untuk jenis batu tertentu saja, misalnya obat urso hanya efektif pada
batu kolesterol, sedangkan pada batu pigmen tidak efektif, sehingga pada orang
Asia jika diberi obat urso umunya tidak berhasil karena pada orang Asia
kebanyakan jenis batunya adalah batu pigmen, bukan batu kolesterol. Predisposis
untuk batu empedu adalah 4F yaitu Female, Forty, Fat, dan Fertile.
Etiopatogenesis terjadinya batu yang utamanya adalah karena stasis empedu,
malnutrisi, dan faktor diet. Penyakit batu empedu dibagi menjadi 3 yaitu
penyakit dengan batu yang tidak bergejala, jika ada satu batu dan diam saja
maka akan masuk dalam kategori asimtomatik, jika batu ini banyak bisa saja asimtomatik,
namun umumnya jika batu ini kecil dan banyak biasanya ada batu yang berpindah
tempat dan ini akan menimbulkan masalah
serta komplikasi. Jika sudah ada batu yang masuk ke CBD maka mulai
timbul komplikasi seperti jaundice, kolangitis, dan pankreatitis. Jika batu
yang ada hanya satu dan diam saja maka gejala yang dirasakan umunya hanya
dispepsia saja, umumnya pasien datang karena keluhan dispepsia yang
dideritanya, dan setelah di USG baru diketahui bahwa ada terdapat batu empedu,
karena tidak ada kriteria klinis hyeri yang khas pada batu empedu. Selain itu
batu ini juga dapat menimbulkan kolik, hal ini terjadi pada saat batu tersebut
bermigrasi atau berjalan di ductus maka akan timbul kolik. Kolik terjadi karena
ada sesuatu yang terjadi pada saluran. Jadi jika batu dari kantong empedu
berjalan ke cystic duct maka akan ada keluhan kolik. Keluhan kolik harus
dibedakan dengan nyeri visceral. Pada kolik harus ada fase bebas nyeri, dimana
jika nyeri itu datang akan terasa nyeri hebat, namun saat nyeri hilang maka
benar-benar asimtomatik sehingga ada fase bebas nyeri pada kolik. Selain nyeri
kolik dapat juga terjadi nyeri visceral, dimana nyeri visceral akibat batu
terjadi bila terjadi infeksi. Nyeri visceral dirasakan terus-menerus, berbeda
dengan nyeri kolik. Misalnya pada kolesistitis, kolangtis, dan pankreatitis.
Sehingga nyeri pada batu bisa nyeri kolik maupun nyeri visceral yang menetap
karena radang. Jaundice atau kuning akibat batu empedu terjadi bila batu
tersebut menyumbat di CBD, sehingga menyebabkan bilirubin total meningkat
sekali dibandingkan nilai normal. Jika ada kolestasis atau sumbatan di CBD maka
salah satu kelihan yang muncul akibat kolestasis yang lama adalah pasien
mengeluh gatal atau pruritus. Mendiagnosis kolelitiasis melalui keluhan
dispepsia, faktor 4F, dan bila sedang ada infeksi maka dapat ditemukan Murphy
sign positif, namun jika tidak ada infeksi Murphy sign negatif. Bila ada batu
namun tidak ada infeksi, maka Murphy sign tetap negatif. Pada pemeriksaan
laboratorium biasanya didapatkan leukositosis, dan bila ada kolestasis maka
bilirubin bisa meningkat sangat tinggi terutama bilirubin direk karena batu
yang menyumbat di CBD, namun jika batu hanya berada di kantong empedu bilirubin
bisa saja naik namun hanya sedikit. Untuk menegakkan diagnosis batu empedu,
jika batu berada pada kantong empedu maka diagnosis dapat ditegakkan melalui
USG, tetapi bila batu berada di saluran empedu USG tidak dapat digunakan karena
lokasi CBD sat di USG banyak tertutup oleh usus, dan apabila ditekan akan
terasa nyeri, sehingga tidak dapat digunakan USG. Sehingga untuk melihat batu
yang berada di CBD biasangya akan digunakan MRCT (Magnetic Resonance Cholangeo
pancreatography) yang sangat baik untuk melihat batu yang berada di CBD. Pada
USG batu akan menimbulkan shadow. Akibat adanya kolelitiasis akan timbul
kolesistitis, hydrops vesica fellea, icterus obstruktif, kolangitis,
pankreatitis.
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi t pada dinding glad
bledder akibat infeksi pada kantong yang terdapat batu, karena dimana ada batu
atau benda asing maka disitu kuman dapat tumbuh yang akan menimbulkan nyeri
inflamasi, dimana terdapat nyeri perut kanan atas yang menetap, demam, dan
Murphy sign positif. Yang mempengaruhinya adalaha adanya stasis aliran empedu.
Kuman pada kolesistitis akut hampir sama dengan kuman pada abses hati, yaitu
kuman gram negatif. Menegakkan diagnosis kolesistitis akut adalah nyeri yang
terus-menerus atau konstan dan severe atau cukup berat, icterus ringan, demam,
SGOT dan SGPT meningkat namun sedikit. Jika kronik keluhan yang timbul umunya
minimal, biasanya didapatkan keluhan dispepsia, dan pada USG didapatkan kantong
empedunya menciut, nyeri ringan, dan icterus ringan. USG sangat baik untuk
mendeteksi adanya batu empedu. Kolesistitis akut bila tidak diobati akan
menimbulkan empyem atau supurasi dari kantong empedu, dan akhirnya dapat
terjadi perporasi, dan jika sudah perforasi akan terjadi akut abdomen, dan
kegawatdaruratan.
Hydrops vesica fellea dimana dalam gambaran USG
didapatkan gambaran kantong empedu yang sangat membesar dan biasanya di muara
ductus cysticus ada batu kecil yang mengobstruksi dan berlangsung lama,
sehingga kandung empedu mengalami pembesaran. Hal ini biasanya terjadi pada
pasien yang puasa lama, dan kemudian ada kuman yang masuk.
Pada icterus obstruktif, jika ada obstruksi aliran empedu
tidak dapat mengalir masuk ke duodenum, sehingga terjadi hiperbilirubinemia,
dan bilirubin direk akan meningkat, enzim empedu meningkat, dan pada USG akan
terlihat pelebaran dari CBD karena ada obstruksi dari batu empedu, sehingga
pada bagian proksimal akan melebar.
Stasis aliran empedu di CBD dapat diakibatkan oleh batu,
namun dapat pula disebabkan oleh pancreas yang mengalami keganasan, terutama
pada caput dari CA pancreas maka infiltrasi dari CA itu dapat menyumbat.
Penyenan obstruksi jaundice yang paling sering ada 2 yaitu batu dan CA caput
pancreas. Kolangitis akut jika stasis di ductus coledocus terjadi lebih lama
biasanya 2 minggu, bila lebih dari 2 minggu stasis biasanya akn terjadi infeksi
menyeluruh di saluran empedu yang disebut kolangitis akut, dengan gejala demam,
nyeri perut kanan atas, dan jaundice, dan bila ini berkelanjutan akan terjadi
syok sepsis. Bentuk lain yang dapat ditimbulkan akibat batu di CBD adalah
pankreatitis, dengan cara batu yang menyumbat membuat aliran empedu yang
seharusnya keluar di duodenum tidak bisa keluar sehingga refluks, dan masuk ke
ductus pankreatikus dan terjadi pankreatitis akut. Batu empedu yang dapat
menyebabkan pankreatitis akut adalah batu yang kecil yang dapat berpindah
tempat. Bila obstruksi berlangsung lama
akan terjadi fibrosis hati, dan selanjutnya akan terjadi sirosis, ang disebut
sirosis bilier sekunder.
Penalataksanaanya adalah bila ada infeksi berikan
antibiotik, namun sebelumnya cukupkan terlebih dahulu kebutuhan kalori.
Antibotik yang diberikan adalah yang dapat mengatasi kuman gram negatif karena
bakteri yang menginvasi system saluran empedu adalah bakteri gram negatif,
seperti E.Colli dan Klebsiella, sehingga kita dapat menggunakan antobiotik
seperti aminoglikosida dan amycasin, namun pastikan bahwa fungsi ginjal baik
dan mencegah jangan sampai terjadi dehidrasi karena dapat menyebabkan
nefrotoksik. Setelah pemberian antibiotik, cukupkan kebutuhan cairan dan
kalori. Selain itu stasis bilier harus dikompresi dengan cara drainase bilier,
namun mortalitas tinggi, sehingga banyak yang memilih cara endoskopi dengan
memasang kateter nasobilier hingga cairan empedu yang stasis tersebut keluar,
setelah itu secara otomatis keadaan umum pasien akan membaik dan infeksi akan
teratasi, serta kondisi menjadi lebih baik. Saat kondisi lebih baik maka dapat
dilakukan ERCP untuk membuang batu tersebut. Tidak hanya itu, kantong empedu
juga harus diangkat agar tidak terjadi obstruksi berikutnya.
HEPATOMA
Hepatoma merupakan
salah satu perjalanan dari sirosis hati. Tumor ganas hati hampir seluruhnya
karsinoma hepatoseluler yang berasal dari hepatosit. Biasanya ini merupakan komplikasi dari
sirosis hati. Faktor-faktor predisposisinya adalah laki-laki, memiliki
hepatitis B atau C, mengonsumsi minuman beralkohol, riwayat diabetes mellitus,
dan obesitas. Untuk hepatoma bila masih kecil biasanya tidak ada keluhan,
tetapi jika sudah besar biasanya ada keluhan, awalnya nyeri, tidak nyaman, dan
akan semakin buruk keadaan umunya, serta asites yang semakin sulit diatasi.
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosa hepatoma adalah skrining USG dan
periksa angioferitin. Hepatoma yang di USG karena adanya keluhan biasanya
kerena massa yang sudah besar. Diagnosis pasti hepatoma adalah dengan biopsi,
tetapi jarang dilakukan karena penyakit hati kronik ditandai oleh kegagalan
hati, diantaranya defisiensi faktor-faktor pembekuan. Jika faktor pembekuan
menurun dan dilakukan biopsi, maka dapat terjadi perdarahan, dan pasien bisa
meninggal akibat biopsi, sehingga biasa digunakan CT scan dan AFP untuk
menegakkan diagnosis.
No comments:
Post a Comment