BIMBINGAN IPD 18 - Bedside Teaching Sirosis Hepatis
Selasa, 4 Juli 2017
Selasa, 4 Juli 2017
Disampaikan oleh :
dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH, FINASIM
Bedside Teaching - Sirosis Hepatis
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan lemas 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit
Dahulu:
3 tahun yang lalu memiliki riwayat melena akibat sirosis
hepatis.
Pemeriksaan Fisik
Abdomen:
1.
Inspeksi:
Spider nevi (-), vena kolateral (-), kaput medusa (-), striae (+).
2.
Palpasi:
Pada
palpasi pasien sirosis dilakukan palpasi limpa, dan diharapkan ditemukan
splenomegali. Splenomegali dapat terjadi akibat hambatan aliran vena porta,
yang menyebabkan tekanan porta meningkat dan tekanan diteruskan ke limpa,
sehingga terjadi kongestif pada limpa yang mengakibatkan splenomegali. Palpasi
limpa dilakukan dengan garis schuffner. Pada
palpasi juga pasien diharusakan menarik nafas dalam saat dokter melakukan
penekanan, karena saat menarik nafas diafragma turun sehingga limpa dapat
teraba. Pada pasien ini limpa teraba pada schuffner
2, sehingga pada pasien ini dapat disimpukan telah terjadi splenomegali.
3.
Perkusi:
Pada perkusi pasien sirosis diharapkan
terdapat asites, sehingga kita melakukan pemeriksaan shifting dullness. Asites dapat terjadi pada pasien sirosis akibat
hipoalbuminemia, hiperaldosteronisme, dan hipertensi porta. Pemeriksaan shifting dullness dilakukan dengan cara
melakukan perkusi dari umbilikus ke arah lateral hingga terjadi perubahan bunyi
dari timpani ke pekak, lalu berhenti di titik pekak. Setelah itu lakukan
perkusi kembali ke arah sebaliknya, jika suara berubah dari pekak menjadi
timpani kembali, maka shifting dullness
dinyatakan positif. Pada pasien ini didapatkan shifting dullness positif.
4.
Pemeriksaan
Flapping Tremor:
Pada pasien sirosis dilakukan pemeriksaan flapping tremor untuk melihat apakah
sudah terdapat komplikasi ensefalopati atau tidak. Pemeriksaan flapping tremor dilakukan dengan cara
pemeriksa melakukan ekstensi pergelangan tangan pasien, lalu pemeriksa memberi
instruksi agar pasien menahan pergelangan tangannya pada posisi ekstensi,
setelah itu pemeriksa melepas tangan pasien. Jika pasien dapat menahan
pergelangan tangannya pada posisi ekstensi, maka flapping tremor negatif, jika pergelangan tangan pasien turun
secara perlahan maka flapping tremor positif,
jika pergelangan tangan langsung jatuh tanpa memberi tahanan maka flapping
tremor negatif namun pasien sudah berada pada stage akhir sirosis hepatis,
yaitu stage IV dan V. Pada pasien ini didapatkan flapping tremor negatif karena pasien masih dapat menahan
tangannya.
5.
Pemeriksaan
Pitting Oedem:
Pada pasien sirosis diharapkan terdapat
pitting oedem, hal ini dapat disebabkan karena hipoalbumin. Pemeriksaan pitting oedem paling bagus dilakukan
pada pretibial dan dorsum pedis. Pada pasien ini didapatkan pitting oedem positif.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
1.
Pansitopenia:
Pada pasien ini didapatkan haemoglobin, leukosit, trombosit turun. Hal ini
dapat disebabkan karena hipertensi porta yang menyebabkan kongestif limpa, dan
jika berkelanjutan dapat menyebabkan hipersplenisme yang dapat menyebabkan
pansitopenia.
2.
Hipoalbumin:
Pada pasien sirosis biasanya ditemukan hipoalbumin. Hal ini dapat disebabkan
akibat fungsi sintesis hati yang menurun, sehingga produksi albumin menurun.
Indikasi Punksi
Asites:
Pada pasien asites biasanya dapat dilakukan terapi
spironolakton saja untuk mengeluarkan cairan asites. Namun pada beberapa pasien
harus dilakukan punksi asites. Ada 2 indikasi melakukan punksi asites, yaitu:
1.
Diagnostik:
Jika pemeriksa masih ragu apa penyebab asites, dan jika pasien di duga PBS.
2.
Terapeutik:
Ini dilakukan jika asites massif dan mengganggu aktivitas pasien.
Pada pasien ini dilakukan punksi asites dengan indikasi
terapeutik karena asites sudah masif dan menggangu aktivitas pasien.
No comments:
Post a Comment