11 September 2017 - 16 September 2017
Disampaikan oleh :
dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH, FINASIM
Diringkas oleh :
Cinthyawati Tunggal Manuain
Spasmofilia ?
Tubuh manusia dapat diumpamakan seperti sebuah jaringan listrik dimana terdapat beberapa pembangkit lokal seperti otak dan jantung, serta rumah pelanggan yaitu sel-sel otot. Listrik dialirkan dari pembangkit ke rumah pelanggan melalui ion-ion yang disebut sebagai elektrolit. Terdapat dua tipe elektrolit di dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang bermuatan positif) dan anion (elektrolit yang bermuatan negatif). Beberapa contoh kation adalah Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+) sedangkan anion adalah Klorida (Cl-), HCO3-. Kali ini akan membahas tentang kalsium.
Kalsium mempunyai peran penting didalam tubuh, yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi; dalam pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraselular dan intraselular, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan. Salah satu akibat kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) adalah terjadinya spasmofilia karena pada hipokalsemia, sistem saraf pusat dan perifer menjadi iritabel dengan kejang dan respek terhadap tetani. Spasmofilia adalah suatu tetani laten yang disebabkan hiperiritabilitas atau hipereksitabilitas saraf yang bermanifestasi sebagai kejang otot dan berbagai gejala neuroastenia berupa nyeri kepala, gelisah, gangguan gastrointestinal, sinkope sampai kejang tonik. Kontraksi tonik pada otot-otot distal lengan dan otot-otot interosea menyebabkan gambaran spasme karpopedal dimana jari-jari dalam keadaan fleksi pada persendian metakarpofalangeal dan ekstensi pada sendi interphalang, jari-jari dalam keadaan adduksi serta ibu jari dalam keadaan adduksi dan ekstensi sedangkan pada kaki dijumpai plantarfleksi di pergelangan kaki dan adduksi jari-jari kaki.
Contoh pasien spasmofilia yang dijumpai
Diabetes Melitus dan Ginjal
Nefropati Diabetika adalah penyakit ginjal akibat penyakit DM yang merupakan penyebab utama gagal ginjal dimana terjadi kerusakan pada filter ginjal atau glomerulus. Oleh karena terjadi kerusakan glomerulus maka sejumlah protein darah diekskresikan ke dalam urin secara abnormal. Protein utama yang diekskresikan adalah albumin, karena itu manifestasi klinis awal dari nefropati diabetik adalah mikroalbuminuria.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pada gagal ginjal terjadi kerusakan filter ginjal yang menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). LFG adalah laju rata-rata penyaringan darah yang terjadi di glomerulus yaitu sekitar 25% dari total curah jantung per menit,± 1,300 ml . LFG digunakan sebagai salah satu indikator menilai fungsi ginjal. Ketika DM sudah berkomplikasi ke ginjal, akan terjadi penurunan LFG sehingga insulin endogen tidak semuanya diekskresi, hal ini menyebabkan kadar gula menjadi normal bahkan dapat terjadi hipglikemia.
Sebagai kelanjutan pembahasan mengenai gagal ginjal, kita mengenal istilah hemodialisis. Hemodialisis merupakan tindakan menyaring dan mengeliminasi sisa metabolisme dengan bantuan alat. Fungsinya untuk mengganti fungsi ginjal dan merupakan terapi utama selain transplantasi ginjal dan peritoneal dialisis pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronik. Indikasi hemodialisis adalah semua pasien dengan GFR < 15mL/menit. Tujuan utama hemodialisis adalah menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia, kelebihan cairan, dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan End Stage Renal Disease.
Dalam pelaksanaan hemodialisis diperlukan suatu vascular access, yaitu akses untuk memudahkan mengeluarkan darah dari pembuluhnya untuk proses hemodialisis. Terdapat 2 tipe tusukan vaskuler yaitu tusukan vaskuler sementara dan permanen. Akses vaskuler permanen atau lebih dikenal dengan cimino berbentuk internal arteriovenous (AV) shunt, yang dibuat di pergelangan tangan yaitu fistula antara arteri radialis dan vena sefalika. Perabaan pada daerah pemasangan cimino akan didapatkan thrill dan auskultasi akan terdengar bruit. Sementara pada akses vaskuler sementara, dilakukan pada vena jugular interna dengan menggunakan silastic twin catheter atau double lumen catheter (CDL) dimana teknik ini dapat digunakan beberapa minggu hingga akses vaskular permanen siap untuk digunakan.
Catatan penting lainnya :
Mekanisme kerja metformin adalah dengan membatasi produksi glukosa di hati dan meningkatkan sensitivitas insulin di hati dan jaringan periferal (otot).
Glibenclamide adalah OHO termasuk ke dalam golongan sulfonilurea, bekerja menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan kalsium intraseluler dalam sel beta pankreas sehingga menstimulasi produksi insulin. Dengan peningkatan rasio insulin, maka glukosa yang diubah menjadi energi bertambah sehingga kadar gula darah menurun. Namun efek samping yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah), terutama jika digunakan untuk jangka waktu lama dan dengan dosis yang lebih tinggi.
Neutrofil merupakan salah satu jenis dari sel darah putih yang ada dalam tubuh. Neutrofil memiliki peranan dalam memakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh, termasuk juga kuman. Neutrofi granulosit dapat diperiksa dengan menggunakan alat pemeriksaan darah untuk menghitung jenis sel darah putih. Penyebab dari kenaikan neutrofil adalah faktor infeksi tubuh yang sedang terjadi. Biasanya infeksi bersifat akut yang artinya bahwa infeksi tersebut baru dan sedang terjadi pada tubuh pasien itu. Kenaikan pada hasil darah menandakan bahwa tubuh yaitu sel darah putih sedang melawan infeksi yang menyerang tubuh dan terus memakan produksi kuman dan juga benda-benda asing yang ada dalam tubuh, seperti kuman bakteri itu sendiri.
Tuberkulosis (TB) paru dan Diabetes Melitus (DM) merupakan dua masalah kesehatan yang cukup besar secara epidemiologi dan berdampak besar karena merupakan penyakit kronik dan saling berkaitan. Peningkatan prevalensi DM diikuti dengan peningkatan prevalensi TB paru. Penderita DM mempunyai risiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi untuk mengidap penyakit TB paru. Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang berkaitan dengan gangguan fungsi imunitas tubuh, sehingga penderita lebih rentan terserang infeksi, termasuk TB paru. Penyebab infeksi TB paru pada penderita DM adalah karena defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme pertahanan tubuh, termasuk gangguan fungsi dari epitel pernapasan serta motilitas silia. Paru pada penderita DM akan mengalami perubahan patologis, seperti penebalan epitel alveolar dan lamina basalis kapiler paru yang merupakan akibat sekunder dari komplikasi mikroangiopati sama seperti yang terjadi pada retinopati dan nefropati. Tuberkulosis yang aktif juga dapat memperburuk kadar gula darah dan meningkatkan risiko sepsis pada penderita diabetes. Demam, kuman TB paru aktif, dan malnutrisi menstimulasi hormon stres seperti epinefrin, glukagon, kortisol, dan hormon pertumbuhan, yang secara sinergis bekerja meningkatkan kadar gula dalam darah hingga lebih dari 200 mg/dL. Kadar IL-1 dan TNF plasma juga meningkat dan menstimulasi hormon anti-insulin, sehingga memperburuk keadaan infeksinya.
No comments:
Post a Comment