Untuk melakukan
satu-satu pemeriksaan penunjang harus disertai alasannya. Sekiranya tidak, akan
sangat merugikan karena tidak kos efektif. Antara alasannya adalah :
1. Penegakan diagnosa
a. Harus difahami tipe
pemeriksaan yang diperlukan sesuai kondisi klinis pasien untuk menegakkan
satu-satu diagnosa.
Contoh 1 : Diabetes
Mellitus (DM) : apabila positif gejala-gejala DM à cukup dengan pemeriksaan
Gula Darah Sewaktu (GDS). Bila tidak disertai gejala-gejala DM à diperlukan 2 nilai.
Contohnya GDS + GDPP (Gula Darah Post
Prandial)
b. Harus diketahui
pemeriksaan baku emas atau yang mendekatinya untuk tiap-tiap penyakit supaya lebih mendukung diagnosa.
Contoh 2 : Demam Tifoid.
Pemeriksaan penunjang demam tifoid:
-
Kultur gall : baku emas tifoid
Pasien tidak perlu puasa, dan diambil darahnya
dan dikultur di media agar gall (media agar menyerupai gall : empedu). Pemeriksaan
ini jarang dilakukan walaupun baku emas karena mengambil masa lama dan sering negatif.
-
IgM Salmonella : spesifisitas ~ 100%,
hampir setara baku emas
-
Skala
|
-
Interpretasi
|
-
<atau sama 3
|
-
Negatif
|
-
4
|
-
Probable
|
-
>atau sama 5
|
-
Positif
|
-
Widal
Pada pemeriksaan Widal, kenaikan titer
adalah yang paling menunjang untuk mendiagnosa tifoid. Sekiranya, tidak
dibandingkan, titer 1/200 (~ 1/320) adalah nilai titer yang menunjang. Bila +
berarti pasien telah terpapar Salmonella dalam rentang waktu 3 bulan terakhir
sebelum pemeriksaan, oleh itu ada kemungkinan demam pasien saat ini bukanlah demam
tifoid.
-
Kultur Tinja Salmonella Shigella (TSS). Dilakukan
untuk indikasi khusus : contohnya pada pasien yang demamnya melebihi minggu ke
2.
2. Mencari
etiologi
Harus
melakukan pemeriksaan yang tepat untuk mencari causa penyakit secara
sistematis.
Contoh
: ikterus à
Bilirubin total, direk dan indirek untuk mencari causa
3. Memprediksi
tingkat keparahan (severity)
Harus
memilih pemeriksaan yang tepat untuk memprediksi tingkat keparahan tiap-tiap
penyakit. Contohnya Chronic Kidney
Disease (CKD) à
Mencari Tes Klirens Kreatinin (TKK). 2 cara mendapatkan TKK:
1. Hitung
: dengan rumus à (140– Umur) x
BB (kg) /72 x Kreatinin plasma
Oleh
itu, cukup dengan mencari kadar kreatinin plasma pada pemeriksaan laboratorium
untuk mendapatkan TKK
2.
Ukur : Kreatinin Klirens. Yaitu menggunakan bahan baku : urin 24jam dicampur
dengan pengawet (hanya tahan 24jam)
4. Singkirkan
DD
Menggunakan pemeriksaan sesuai indikasi
untuk menyingkirkan diagnosa banding. Contohnya : pemeriksaan ultrasonography (USG)
-
Melena (ec sirosis hepatis atau non sirosis
hepatis). Ciri-ciri gambaran sirosis hepatis:
è Permukaan
irregular
è Pembuluh
darah vena porta melebar (diasumsikan ada hipertensi porta)
è Pembuluh
darah vena hepatica mengecil
-
Congestive hepatopathy / decomp
è Vena
hepatica melebar
è Vena
porta normal
-
Jaundice (kolestasis ekstrahepatik/non
kolestasis). Pada kolestasis ekstrahepatik :
è Pelebaran
saluran ekstrahepatik : duktus koledokus (CBD) melebar à disebabkan batu/tumor
kaput pankreas
-
CKD : pada CKD yang disebabkan batu
è Pada
tahap awal : ukurannya masih normal (masih mungkin diperbaiki CCT). Semakin progresif
: hiperekoik, pelviokalises mengecil, semakin sama dan tidak berstruktur
5. Komplikasi
dan komorbiditas
Untuk mengetahui
komplikasi dan komorbiditas dari satu-satu penyakit. .
Contohnya DBD à
kemungkinan efusi pleura diketahui dengan pemeriksaan USG atau Toraks Foto
Contohnya DM :
- DMT1: seringnya komplikasi
kronik belum ada saat diketahui DMT1, kerana pada rentang umur anak à
bila tidak dapat insulin, langsung KAD
- DMT2: banyak
komplikasi kronik, yang mana onset DM sampai mikro/makroangiopati adalah 5-10
tahun. Apabila sudah ada keluhan, kemungkinan komplikasi sudah ada. Anjuran pemeriksaan
yang dilakukan:
1. EKG : PJK –old MCI (Q patologis –QS)
2. Mikroalbuminuria: pemeriksaan paling dini untuk nefropati diabetik à menggunakan dipstick (masih awal/bisa diatasi/reversible).
Makroalbuminuria à diketahui dengan pemeriksaan urin lengkap (UL) : protein +
Reverse makro à mikro : ACE inhibitor, ARB
ACE inhibitor : ES batuk, harus pengambilannya 3hari sekali (pasien kurang compliance)
ARB : kurang ES seperti batuk, pengambilan sekali sehari (lebih compliance)
3. Funduskopi : retinopati diabetik
4. Thoraks foto : TB (komorbid)
6. Memantau keberhasilan
terapi
7.Prognosis
Contohnya pada sirosis
hepatis : menggunakan Child-Pugh Score
8.Pantau efek samping
- Pada pengobatan OAT : periksa SGOT, SGPT (2minggu selepas pemberian obat)
No comments:
Post a Comment