BIMBINGAN IPD 19 - TERAPI CAIRAN
Tanggal 22 Juni 2017
Disampaikan oleh :
dr. Suzanna Ndraha Sp. PD, KGEH, FINASIM
Diringkas oleh :
Ani Ratna Juwita
Terapi Cairan
Indikasi infus:
a.
Syok
1. Syok
hipovolemik, terjadi akibat penurunan volume intravascular secara signifikan.
Syok hipovolemik terjadi akibat penurunan volume sel darah merah dan atau
plasma darah. Kondisi tersebut dapat berupa perdarahan, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, urin maupun insensible water loss. Volume darah yang
berkurang (penurunan preload) akan menurunkan volume akhir diastolic ventrikel
sehingga stroke volume juga menurun.
2. Syok
kardiogenik, terjadi akibat kontraktilitas miokardium yang tidak adekuat
misalnya akibat iskemia atau infark, sehingga curah jantung dan tekanan arteri
juga menurun. Secara skematis, patofisiologi disfungsi miokardium tersebut
merupakan akumulasi akibat disfungsi sistolik dan diastolic miokardium
3. Syok
sepsis, akibat agen vasodilator yang dihasilkan oleh mikroba.
4. Syok neurogenik, akibat kelainan sistem saraf
pusat, paling sering pada kasus cidera medulla spinalis.
5. Syok
anafilaktik, akibat respon hipersensitivitas sistem imun.
b.
Dehidrasi
c.
Nutrisi parenteral
d.
Drip obat
e.
Koreksi asam basa
f.
Transfuse (WB, PRC, TC, FFP)
g.
Emergency line
Prinsip utama terapi
cairan adalah menjaga keseimbangan masukan dan keluaran cairan, serta
mengantisipasi kemungkinan kehilangan cairan yang terus berlangsung. Penggunaan
cairan intravena dapat bertujuan untuk resusitasi, rumatan (maintenance).
1.
Resusitasi. Diperlukan apabila pasien
kehilangan cairan yang cukup untuk memicu mekanisme dekompensasi tubuh.
Resusitasi bertujuan untuk mengembalikan volume intravascular sehingga mengembalikan
perfusi ke jaringan perifer.
2.
Rumatan (maintenance). Cairan rumatan
intravena diberikan untuk menyediakan kebutuhan cairan dan elektrolit yang
tidak dapat dipenuhi melalui rute oral ataupun enteral.
Dikenal dua macam
cairan pengganti cairan tubuh:
1.
Cairan kristaloid, cairan kristaloid
dapat menembus membrane semipermiable secara bebas. Kandungannya adalah air dan
berbagai elektrolit yang sifatnya isotonic dengan cairan ektrasel. Misalnya
garam atau gula.
2.
Cairan koloid, koloid cenderung menetap
didalam pembuluh darah lebih lama di bandingkan kristaloid karena tidak dapat
disaring secara langsung oleh ginjal. Koloid dapat meningkatkan tekanan osmotic
dan menarik cairan keluar dari rongga interstitial kedalam pembuluh darah. Lama
koloid tinggal dalam pembuluh darah bergantung pada berat dan ukuran molekul
koloid jenis cairan koloid yang tersedia antara lain: gelatin dari kolagen
hemacell dan gelofusal, dextran adalah polysaccharides (dextran 70 dan 40) dan HES (hydroxyethyl
starch) (hemohes 6% / 10 %)
Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral
adalah pemberian nutrisi baik sebagian atau total secara intravena baik melalui
vena perifer maupun vena sentral. Indikasi nutrisi parenteral adalah peradangan
yang cukup berat, post operasi dimana intestinal belum normal, obstruksi
usus (Ca esophagus, Ca gaster, Ca colon
dll), fistula dengan kehilangan cairan yang tinggi, tidak ada akses untuk
nutrisi enteral dan pankretitis akut. Sedangkan zat nutrisi yang dibutuhkan
adalah asam amino, dekstrose, fat, air dan elektrolit, vitamin dan trace
elements. Kebutuhan kalori 25-30 kcal/kgBB/hari, nilai kalori karbohidrat 5
kcal/g. Kebutuhan protein 1-2 g/kgBB/hari, nilai kalori asam amino 4 kcal/g.
kebutuhan lipid 25-40 dari total kalori yang dibutuhkan. Kebutuha cairan sekitar
30 cc/KgBB.kebutuhan Na100 mEq/hari, kalium 1mEq/kgBB/hari, calcium 10-20
mEq/d, magnesium 8-16 mEq/d, dan phosphorus 20-40 mmol.
Contoh larutan dan
kandungannya per-liter
Nama produk
|
Osm
|
Na
|
K
|
Kalori
|
AA
|
Na Cl 0,9 %
|
300
|
154
|
-
|
-
|
-
|
Dekstrosa 5%
|
278
|
-
|
-
|
200
|
-
|
Dekstrosa 10%
|
506
|
-
|
-
|
400
|
-
|
KaEn Mg3
|
695
|
50
|
20
|
400
|
-
|
Pan Amin G
|
507
|
6
|
-
|
200
|
27,2
|
Triparen no.2
|
7NS
|
57,5
|
45
|
1168
|
-
|
Aminovel 600
|
1230
|
35
|
25
|
600
|
50
|
Triofusin E1000
|
>900
|
80
|
30
|
1000
|
-
|
Efek samping parenteral adalah phlebitis. Kemasan yang
lebih dari 900 mOsm bersifat hipertonis sehingga harus melalui vena sentral.
Teknik dan skema pemberiaan
terapi nutrisi parenteral.
Pemberian nutrisi parenteral sebagian adalah pemberian
sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian
pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Apabila pasien belum stabil, syok,
dehidrasi maka tidak boleh TNPE total. Asam amino diberikan setelah kebutuhan
kalori tercukupi dengan karbohidrat. Rute pemberianya melalui akses vena
perifer ataupun vena sentral. Keuntungan pemasangan vena perifer adalah mudah,
komplikasi mekanis rendah dan mudah teridentifikasi bila flebitis. Sedangkan
kekurangannya adalah pembuluh darah perifer harus baik. Lokasi pemberian
nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui VCS atau VCI, v.
subclavia, v. jugularis interna atau eksterna dan v. femoralis. Keuntungan
pemberian nutrisi parenteral melalui vena sentral adalah bisa untuk kemasan
lebih dari 900mOsm, sedangkan kerugiannya adalah emboli udara, pneumotoraks,
thrombosis vena sentral dan sepsis.
Tahap pemberian TNPE adalah hari pertama 25% kebutuhan
total, hari kedua 50% kebutuhan total, hari ketiga 75% kebutuhan total, hari
keempat dan seterusnya 100%kebutuhan total. Hal yang harus di perhatikan dalam
pemberian NPE adalah jika vena perifer perhatikan osmolaritas kemasan, pada
kasus gagal jantung atau gagal ginjal hati-hati overload, pada kasus
ensepalohepatik pilih AARC, hindari lemak pada kasus hiperlipidemia dan kenali
karakteristik berbagai kemasan.
a.