BIMBINGAN IPD 18 - ABSES HATI, DILI DAN FATTY LIVER
Sabtu, 3 Juni 2017
Disampaikan oleh:
dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH, FINASIM
Diringkas oleh:
I Dewa Ayu Raina Kenovita Ardani
ABSES
HATI
Abses hati adalah infeksi
pada hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, jamur, yang ditandai
dengan proses supurasi dengan pembentukan pus, yang terdiri dari jaringan hati
nekrotik, sel inflamasi, dan sel darah dalam parenkim hati.
Abses
hati dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik (AHA) dan
abses hati piogenik
(AHP). Abses hati amebik lebih banyak diderita oleh
wanita dan pada kisaran usia 20-50 tahun yang ditularkan secara fecal-oral. Sedangkan abses hati piogenik biasa terjadi pada usia lanjut (40-60 tahun) dan lebih banyak pada pria.
Faktor resiko seseorang terkena abses hati piogenik jika memiliki diabetes,
seorang geriatric dan mengkonsumsi alkohol.
Abses hati piogenik bisa disebabkan oleh yang
mengakibatkan obstruksi aliran empedu dan kemudian ada proliferasi bakteri atau
karena penetrasi trauma tusuk sehingga terjadi inokulasi di parenkim hati.
Lobus kanan hati lebih sering terkena abses hati piogenik karena lobus kanan menerima darah
dari vena porta. Organisme paling sering pada AHP adalah klebsiella dan E.
coli. Nyeri yang khas dirasakan oleh penderita abses hati adalah nyeri
spontan
perut kanan atas, jalan membungkuk kedepan, kedua tangan diletakkan diatasnya,
bisa disertai syok. Jika gejalanya berat bisa juga terdapat keluhan demam
tinggi. Biasanya pasien juga mengeluhkan lemah, ikterus, BAB warna seperti
kapur, BAK warna gelap. Pada hasil Laboratorium ditemukan leukositosis tinggi,
shift to the left, anemia, LED meningkat, alkali fosfatase meningkat, bilirubin dan
transaminase meningkat, albumin ↓, PT >. Bisa juga lakukan tes serologi untuk singkirkan differetinal diagnosis AHA atau lakukan kultur darah (gold standart), USG, CT scan, biopsi
hati. Gambaran pada USG terlihat hipoechoic yang menandakan adanya abses. Komplikasi
yang sering terjadi adalah septicemia/bakterimia, rupture abses, asites,
peritonitis dan kelainan pleuropulmonal (efusi pleura dekstra). Untuk
penatalaksanannya bisa dilakukan drainase secara surgical maupun drainase
perkutaneus dengan tuntunan USG. Untuk AHP dapat diberikan antibiotik spektrum
luas, seperti aminoglikosida
atau sefalosporin generasi III, selanjutnya
sesuai hasil kultur, secara parenteral selama 10-14 hari selanjutnya oral
sampai 6 minggu .
AHA
biasa disebabkan oleh E. histolytica yang merupakan komensal di lumen usus
besar. Klinis memperlihatkan nyeri yang khas yaitu nyeri spontan perut kanan
atas, jalan membungkuk kedepan, kedua tangan diletakkan diatasnya. Demam tinggi
intermitten atau remitten. Dari hasil pemeriksaan leboratorium didapatkan leukositosis
(15.000-25.000/mm3), 70%
PMN. Tatalaksananya dapat diberikan metronidazole 3x750mg
hingga 3x800 mg per-hari selama 10 hari PO atau IV Pungsi abses dapat mempercepat penyembuhan.
Indikasi untuk dilakukan abses adalah abses
yang dikhawatirkan akan pecah, dalam 48-72 jam tidak respons terhadap terapi
medikamentosa, abses
di lobus kiri karena abses disini mudah
pecah ke rongga perikardium atau
peritoneum, abses dengan serologi ameba negatif
dan abses multiple.
DRUG
INDUCED LIVER INJURY (DILI) /
HEPATITIS IMBAS OBAT (HIO)
Hepatitis imbas obat adalah hepatitis
akibat obat. Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan SGPT> 3X ULN,
bilirubin total > 2X ULN. Hepatitis imbas obat dibagi menjadi 2 tipe yaitu hepatitis hepatoselular dan
hepatitis kolestatis. Pada hepatitis hepatoselular ditemukan Bilirubin direk sama dengan bilirubin indirek, SGOT SGPT sangat tinggi, γ GT dan ALP normal atau sedikit meninggi. Pada
hepatitis kolestasis ditemukan, Bilirubin direk lebih tinggi dari bilirubin indirek, γ GT dan ALP
meninggi. Hepatitis imbas obat paling sering diakibatkan oleh OAT (obat anti tuberkulosis). Tatalaksananya dengan mengentikan
OAT. Setelah ikterus membaik mulai obat satu persatu dengan dosis rendah. INH
dimulai dengan dosis 50 mg/hari, dalam 2-3 hari ditingkatkan ke 300mg/hari
Sesudah 2-3 hari tanpa reaksi terhadap INH, rifampisin ditambahkan 75mg/hari,
dalam 2-3 hari ditingkatkan jadi 300mg/ hari, dalam 2-3 hari berikutnya
ditingkatkan jadi 450mg/hari (BB <50kg) atau 600mg (BB>50kg). Sesudah 2-3
hari tanpa reaksi terhadap rifampisin, tambahkan PZA 250mg/hari, dalam 2-3 hari
ditingkatkan ke 1000mg, dalam 2-3 hari berikutnya ditingkatkan jadi 1,5g/hari
(BB <50kg) atau 2g (BB>50kg).
PENYAKIT
PERLEMAKAN HATI NON ALKOHOL (FATTY LIVER)
Fatty
liver dibagi menjadi dua, yaitu non
alcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan non alcoholic steato hepatitis (NASH). NASH lebih berbahaya dan
beresiko terkena sirosis serta hepatoma. Faktor resiko terkena Fatty liver adalah sindrom metabolic,
hipertensi, obesitas sentral, kenaikan gula darah puasa, hipertrigliseridemi
dan
HDL rendah. Biasanya asymptonatik namun bila ada keluhan biasanya rasa tidak
nyaman diperut bagian kanan atas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali
dan stigmata penyakit hati kronis. Didapatkan SGOT dan SGPT meningkat kurang
dari 4 kali, hyperlipidemia umunya triglisedia. Dapat dilakukan pemeriksaan
USG, CT Sacan dan MRI namun biopsy hati tetap menjadi gold standart. Tatalaksananya dilakukan pengendalian BB pada obesitas,
GD pada DM 2, lipid pada hyperlipidemia dan berikan obat penurun lipid. Obat
untuk meningkatkan sensitivitas insulin diberikan metformin, untuk antioksidan
diberikan vit E, vit C, betaine dan N-acetylcystein. Serta dapat diberikan
ursodeoxycholic acid.
No comments:
Post a Comment