Disampaikan oleh:
dr. Suzanna
Ndraha, Sp.PD KGEH FINASIM
Diringkas oleh:
Stellon Salim
Fisioterapi
Prevalensi penyakit muskuloskeletal yang ditemui di
rumah sakit cukup tinggi. Umumnya pasien mengeluhkan nyeri pada lokasi-lokasi
tertentu seperti leher, bahu, pinggang, ataupun lutut. Penyakit
muskuloskeletal sendiri umumnya adalah osteoarthritis, gout, ataupun rhemathoid
arthritis. Hal ini menyebabkan meningkatnya pasien mengkonsumsi obat nyeri
(terutama NSAID) jangka panjang. Padahal mengkonsumsi obat NSAID jangka panjang
dapat munculnya efek samping yang umumnya berupa dispepsia ataupun nefrotoxic
pada pasien. Maka dari itu, perlunya penyembuhan nyeri tanpa mengkonsumsi
obat-obatan untuk menghindari efek samping obat. Salah satu caranya adalah
dengan fisioterapi.
Fisioterapi adalah proses merehabilitasi seseorang
agar terhindar dari cacat fisik melalui serangkaian pencegahan, diagnosis,
serta penanganan untuk menangani gangguan fisik pada tubuh akibat cedera atau
penyakit. Fisioterapi bisa dilakukan pada pasien dari semua rentang usia,
misalnya untuk mengobati sakit punggung, persiapan olahraga, hingga persiapan
persalinan.
Pada kasus nyeri umumnya dokter fisioterapi
(Rehabilitasi Medik) umumnya melakukan terapi dengan microwave diathermy, TENS
dan ultrasound.
- Microwave Diathermy (MWD): merupakan
terapi stressor fisis berupa energi elektromagnetik. Hal ini menghasilkan
panas timbul dan membuat vasodilatasi untuk buang histamin dan
prostaglandin. Pada akhirnya nyeri akan lenyap. Selain itu pemanasan juga mengurangi
nyeri, kaku otot dan meningkatkan metabolisme. Intensitas panas yang
diberikan sesuai toleransi pasien 10-15menit/ terapi.
- Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS): terapi
dengan menggunakan aurs listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk
merangsang saraf agar nyeri berkurang. Indikasi TENS adalah untuk
trauma yang akut maupun kronik pada musculoskeletal.
- Terapi Ultrasound, termasuk
diatermi dengan
gelombang suara. Terapi ultrasound dapat memberikan efek
termal untuk pemanasan
dalam maupun superfisial dan non termal (efek
mekanik yang berfungsi memasukan jenis obat tertentu, efek pemijatan dan
efek biologis yang dapat mempengaruhi proses yang terjadi di jaringan atau
sel agar terjadi percepatan pemulihan, mengurangi spasme, perlengketan
jaringan dan regenerasi sel). Pada akhirnya dapat meningkatkan
fleksibilitas dan ekstensibilitas.
https://www.youtube.com/watch?v=1emXEoGRVkg&t=167s
YouTube channel Suzanna Ndraha
Penyakit Muskuloskeletal
Berikut merupakan
beberapa penyakit pada bagian muskuloskeletal:
1. Gout, merupakan bentuk artritis yang dapat
menyebabkan terjadinya rasa sakit yang tiba-tiba dan parah, sembap, kemerahan,
dan penghangatan, dan pembengkakan pada persendian. Penyakit ini merupakan
jenis pembengkakan artritis pada pria yang berusia di atas 40 tahun. Dimana
penyebab Gout atau asam urat adalah akibat dari menumpuknya kristal asam urat
seperti jarum dalam ruang sendi. Khas dari gout dimana tofi tampak pada
MTP 1, tampak kapur-kapur monosodium urat.
Jika pada pasien dilakukan punksi sendi ditemupakn PUS jangan diberikan steroid. Sedangkan jika ditemukan cairan sendi, berikan steroid guna mencegah terjadi efusi pada sendi pasien.
Komplikasi dari gout dapat menyebabkan pasien terkena
Chronic Kidney Diseases (CKD). Hal ini disebabkan karena tertumpuknya batu asam
urat pada pasien gout. Maka dari itu terapi pada pasien diberikan BicNat agar
pH urin menjadi alkalisasi sehingga tidak terjadi tumpukan batu asam urat pada
ginjal pasien.
Sedangkan terapi gout fase aktif berikan Colchicine,
dimana bekerja mengurangi pembengkakan dan penumpukan kristal asam urat pada
sendi. Tetapi jika pada gout tidak fase aktif, berikan allopurinol agar
terkontrol asam urat pada pasien.
2. Osteoarthritis
(OA), Osteoarthritis
adalah suatu kondisi yang menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan
bengkak. Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang paling umum terjadi. Sendi yang terkena
umumnya adalah sendi penopang tubuh.
Khas pada OA pada pemeriksaan fisik ditemukan bunyi
gesekan pada lutut saat digerakan. Hal ini disebabkan terbentunya spur pada
pasien OA serta penipisan rongga sendi dikarenakan cairan synovial menurun.
Faktor risiko terjadinya OA meningkat jika pasien
memiliki tubuh yang berat. Untuk melakukan diagnosa, pasien harus dilihat pada
klinis, pemeriksaan fisik dan radiologi.
Terapi pada pasien OA dapat diberikan Pereda nyeri
(NSAID), fisioterapi maupun korset penyangga sendi.
3. Rhematoid
arthritis (RA), merupakan peradangan
kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian
(misalnya sendi kaki dan tangan). Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan jaringan
persendian dan bentuk tulang. RA merupakan penyakit musculoskeletal
yang lebih jarang.
Untuk mendiagnosis RA, pasien harus memiliki 4 dari 7 gejala berikut
(Morning stiffness, arthritis 3 sendi atu lebih, arthritis sendi, arthritis sistemik,
nodul, factor rheumatoid, dan atau radiologi sesuai gambaran RA.
No comments:
Post a Comment