Sunday, August 4, 2013

Suzanna Ndraha: Pemeriksaan Ankle Brachial Index






PENGARUH LUMBROKINASE PADA 
PENYAKIT ARTERI PERIFER
A PILOT STUDY
Suzanna Ndraha, Henny Tannady, Helena Fabiani, Fendra Wician
Staf Penyakit Dalam FK Ukrida Jakarta 

Pendahuluan
Penyakit arteri perifer didefinisikan sebagai obstruksi aliran darah pada percabangan arteri diluar sirkulasi intrakranial dan sirkulasi koroner. Obstruksi ini terjadi akibat proses aterotrombosis. Manifestasi klinis utama yang dapat disebabkan oleh aterotrombosis adalah [1] Strok iskemik, yaitu kematian otak akibat kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi, [2] Transient ischemic attack (TIA), yaitu kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi ke otak yang bersifat sementara, [3] Infark miokard, yaitu serangan jantung/ kematian sel di jantung akibat kekurangan oksigen dan nutrisi, [4] Angina, yaitu rasa sakit di dada sebelah kiri yang menjalar, disebabkan oleh kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi ke jantung secara sesaat, dan [5] Penyakit arteri perifer, seperti klaudikasio intermiten, rest pain dan gangren.1
Klasifikasi penyakit arteri perifer berdasarkan progesifitas perjalanan gejala klinis menurut Fontaine dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Fontaine penyakit arteri perifer3
Fontaine Classification of PAD
Stadium I
Asimptomatik
Stadium II
Klaudikasio intermiten
Stadium III
Nyeri saat istirahat/ nyeri malam hari
Stadium IV
Nekrosis/ gangrene

Faktor risiko terjadinya PAP antara lain adalah usia, rokok, hipertensi, diabetes mellitus, kurang olah raga, dan obesitas.2, Pada survei ke-3 yang dilakukan National Health and Nutrition Examination, dilaporkan odds ratio (OR) pada prevalensi tinggi didapatkan pada kebiasaan merokok, etnis Afro-Amerika, glomerular filtration rate (GFR) < 60 ml/min, diabetes melitus (DM), dan hiperkolesterolemia (OR, 1.7). Progesivitas PAD hingga stadium III meningkat pada DM, kebiasaan merokok (OR, 3.0), ABI < 0,7 (OR, 2.0), ABI < 0,5, usia > 65 tahun, dan hiperkolesterolemia.2
Penyakit arteri perifer sering tidak menimbulkan gejala. Kurang dari 50% pasien PAP yang mengalami simptomnya. Gejala klinis yang sering muncul pada penyakit arteri perifer ialah klaudikasio intermiten, yang merupakan stadium II dari klasifikasi Fontaine.3,4 Gejala ini muncul bila lumen pembuluh darah mengalami obstruksi >50%. Pasien mengeluh merasa sakit di kaki apabila berjalan atau menaiki tangga tetapi gejalanya hilang apabila pasien istirahat. Klaudikasio intermiten membatasi kemampuan pasien untuk berjalan dan beraktivitas.Rasa sakit tidak terbatas hanya pada sensasi nyeri, tetapi juga bisa berupa langkah terasa berat, kesemutan, ketat dan lemah apabila kaki berjalan atau mendaki.12 Pada pasien yang mempunyai gejala, sering ditemukan nyeri pada tungkai. Sebagian kecil pasien PAP berkembang menjadinyeri tungkai walau saat beristirahat dan ulkus iskemik.13
Pengobatan yang ditujukan untuk penyakit ini ialah untuk  mengatasi gejala klaudikasio intermiten, yang meliputi revaskularisasi dan dengan pengobatan non invasif.5   
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis pasien penyakit arteri perifer, salah satunya adalah ABI. ABI merupakan metode yang sederhana, murah, dan noninvasive untuk mendiagnosis penyakit ini selain itu ABI juga dapat memprediksikan resiko kardiovaskular.Pemeriksaan ini menggunakan Doppler USG untuk mengukur tekanan darah sistolik pada kaki dan lengan atas.Normalnya tekanan darah sistolik pada kaki sedikit lebih tinggi dibanding lengan atas.Pemeriksaan tekanan darah di kaki dapat dilakukan pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibia posterior. Perbandingan antara arteri brakialis dengan arteri dorsalis pedis atau arteri tibia posterior normalnya >0.9 (tabel 2).

Tabel 2. Nilai Ankle Brachial Index (ABI)1

Keparahan penyakit
ABI
Istirahat
Latihan
Normal
>0.9
>0.9
Ringan
0.8-0.9
0.5-0.9
Sedang
0.5-0.79
0.15-0.49
Berat
<0.5
<0.15

Tabel 3: Kriteria diagnostik PAD berdasarkan pengukuran ABI13

Range                        Diagnosis
0.91-1.30             Normal
0.70-0.90             Obstruksi ringan
0.40-0.69             Obstruksi sedang
<0,4                     Obstruksi berat
> 1.30                  Gangguan  kompresi

Beberapa tahun ini, cacing tanah (Lumbricus rubellasfamili Lumbricidae) digunakan secara empiris di Indonesia, Cina, Jepang, dan daerah Asia Timur lainnya untuk mengobati beberapa penyakit.5 Tahun 1992, Mihara  menemukan bahwa cacing tanah  secara langsung dapat melarutkan fibrin dan mengaktifkan plasminogen.9
Lumbrius rubellus ditemukan dari Indonesia, cacing ini memiliki suatu enzim fibrinolitik yaitu lumbrokinase dan didalamnya telah berhasil diekstrak suatu protein yang dinamakan DLBS1033.11 Protein ini memiliki efek fibrinolitik, fibrinogenolitik, menurunkan viskositas darah, menurunkan agregasi trombosit, dan mencetuskan degradasi thrombus di dalam darah. DBS1033 merupakan agen fibrinolitik yang bekerja cepat dan panjang. Di mana pada suatu penelitian yang menggunakan fibrin plate,proses lisis yang terjadi pada fibrin plate mulai berlangsung dalam waktu 1 jam sejak inkubasi dan terus menunjukkan aktifitas fibrinolitiknya sampai 12 jam.11 Lumbrokinase diserap melalui epitel usus, sehingga dapat diberikan secara per oral. Saat ini, penggunaan lumbrokinase sebagai obat trombolitik oral sedang diteliti secara ekstensif, terutama pada penyakit-penyakit vaskular.9,10,11

Suatu pilot study mengenai efikasi lumbrokinase pada perfusi miokard pada penyakit arteri coroner dengan gejala angina stabil menyatakan bahwa pemberian lumbrokinase selama 30 hari berkaitan dengan penurunan keparahan iskemik miokard secara objektif. Dari 10 sampel, 6 diantaranya dilaporkan mengalami perbaikan dalam durasi dan frekuensi angina.Mekanisme lumbrokinase dalam perbaikan gejala ini belum diketahui dengan jelas.Lumbrokinase mungkin memberikan efek anti iskemik pada jalur yang diketahui berhubungan dengan agen fibrinolitik, seperti memodifikasi fungsi koagulasi, berefek langsung pada fungsi endotel atau mencetuskan angiogenesis. Efek antiinflamasi lumbrokinase juga diduga berpengaruh terhadap penurunan proses arterosklerosis dan ketidakstabilan plak.5

Daftar Pustaka

1.      Garcia, LA. Epidemiology and pathophysiology of lower extremity peripheral arterial disease. Journal of Endovascular Therapy 2006;13:113.
2.      Arain, FA, Cooper LT. Peripheral arterial disease: diagnosis and treatment. Mayo Clinic Proceedings 2008;83,8:944.
3.      Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Diagnosis and management peripheral arterial disease: a national clinical guideline. United Kingdom: NHS Quality Improvement Scotland:2006.
4.      Anonymous. Peripheral Arterial Disease. Updated: 05/02/2008. Diunduh dari url: http://www.ohiohealth.com/bodymayo.cfm?id=6&action=detail&ref=1341, diakses  pada November  2009.
5.      Gey DC, Emil P. Lesho EP,  Manngold J. Management of Peripheral Arterial Disease. Am Fam Physician 2004;69:525-32,533
6.      Hiatt WR. Pathophysiology of Intermittent Claudication in Peripheral Arterial Disease. Cardiology Rounds 2006:10(1). Diunduh dari http://www.cardiologyrounds.org/crus/cardus0106.pdf, diakses pada Agustus 2012.
7.      Belch J, MacCuish A, Campbell I, Cobbe S, Taylor R, Prescott R. The prevention of progression of arterial disease and diabetes (POPADAD) trial: factorial randomised placebo controlled trial of aspirin and antioxidants in patients with diabetes and asymptomatic peripheral arterial disease. BMJ 2008;337:a1840. Diunduh dari http://www.bmj.com/content/337/bmj.a1840.full, diakses pada Agustus 2012.
8.      Castaño G, Más R, Fernández L, Gámez R, Illnait J. Effects of policosanol and lovastatin in patients with intermittent claudication: a double-blind comparative pilot study. Angiology. 2003 Jan;54(1):25-38
9.      Trisina J, Sunardi F, Suhartono Mt, Tjandrawinata RR. DBLS1033, a protein extract from lumbricus rubellus, possesses antithrombotic and thrombolytic activities. Journal of Biomedicine and Biotechnology 2011.
10.  Kasim M, Kiat AA, Rohman MS, Hanifah Y, Kiat H. Improved myocardial perfusion in stable angina pectoris by oral lumbrokinase: a pilot study. The Journal of Alternative and Complementary Medicine 2009;15(5):539-44.
11.  Kurnia F, Tjandrawinata RR. Bioactive protein fraction DLBS1033 exerts its postitive pleiotropic effect in the vascular cells via down regulation of gene expression. Medicinus 2011;24(1):18.
12.  Criqui M.H. Peripheral arterial disease - epidemiological aspects. Vascular Medicine 2001; 6(1suppl):3-7. Diunduh dari url: http://vmj.sagepub.com/cgi/content/abstract/6/1_suppl/3, diakses pada November  2009.
13.  Mahameed A.A “Peripheral Arterial Disease”. Diunduh dari url:http://my.clevelandclinic.org/heart/default.aspx, diakses pada Nopember 2009
14.  Carmo GAL, Mandil A, Nascimento BR, Arantes BD, Bittencourt JC, Falqueto EB, et al. Can we measure the ankle-brachial index using only a stethoscope? a pilot study. Family Practice Advance Access 2008;22-6
15.  Lee YH, Shin MH, Kweon SS, Choi JS, Rhee JA, Ahn HR et al.Cumulative smoking exposure, duration ofsmoking cessation, and peripheral arterial diseasein middle-aged and older Korean men. BMC Public Health2011;11(94):1-7. Diunduh dari http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2458-11-94.pdf. Diakses pada Agustus 2012.
16.  Meijer WT, Hoes AW, Rutgers D, Bots ML, Hofman A, Grobbee DE. Arteriosclerosis, thrombosis and vascular biology. American Hearth Association 2007;18:185-92.
17.   Kugler C, Rudofsky G. The Role of comorbidity burden for patients with symptomatic peripheral arterial disease (PAD). International Angiology 2003;22:290-301.
18.  Eason SL, Petersen NJ, Suarez-Almazor M, Davis B, Collins TC. Diabetes mellitus smooking, and the risk for asymptomatic peripheral arterial disease : Whom Should We Screen? JABFP. 2005;18:355-61.
19.  Asgeirsdottir LP, Agnarsson U, Jonsson GS. Lower extremity blood flow in healthy men : effect of smooking, Cholesterol and Physical activity-A Doppler Study Angiology 2001;52:437-45.
20.  Meijer WT, Hoes AW, Rutgers D, Bots ML, Hofman A, Grobbee DE. Arteriosclerosis, thrombosis and vascular biology. American Hearth Association. 2007;18:185-92.
21.  Teo KK. Risk Factor for peripheral arterial disease traditional and emerging, lifestyle modification and evidence for symptom relief. Canadian Cardiovascular Society Consensus Confrence Peripheral Arterial Disease. 2005.
22.  Li S, Huang P, Fu R, et al. Clinical studies of the treatment of 48 arteriosclerosis obliterans patients with baiao-lumbrokinase. Capital Medicine 1996
                                           

No comments:

Post a Comment