Thursday, July 30, 2020

LATIHAN PEMERIKSAAN FISIK DALAM KEPANITERAAN




Disampaikan oleh

dr Suzanna Ndraha SpPD KGEH






1. Spider Nevi

2. Inspeksi abdomen: asites

3. Vena Kolateral

4. Palpasi limpa

5. Flapping Tremor

6. Inspeksi tungkai bawah




“Education Is A Journey, 

Not A Race”



Wednesday, July 29, 2020

OSLER (Objective Structured Long Examination Record)


UJIAN OSLER

Disampaikan oleh :

dr. Suzanna Ndraha, SpPD, KGEH, FINASIM


Diringkas oleh :


Mutiara Nur Adinda, S.Ked



        Evaluasi hasil belajar perlu disusun dengan baik, berkelanjutan, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menampilkan kemampuan profesional yang optimal, sehingga kompetensi yang harus dicapai setiap tahap atau tingkat dapat terpenuhi.

Area kompetensi keterampilan klinis perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan kedokteran secara berkesinambungan sehingga dalam melaksanakan praktiknya, seorang lulusan dokter menguasai keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan. Keterampilan klinis dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Berdasarkan piramida Miller terdapat 4 tingkatan kemampuan untuk menilai keterampilan klinis seorang dokter, yaitu : 

Berikut pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan alternatif cara mengujinya kepada mahasiswa :

1.     Tingkat kemampuan 1 
Peserta didik mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien, keluarga, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri. Penilaiannya dapat dilakukan melalui ujian tulis.

2.     Tingkat kemampuan 2 
Mampu menguasai teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada


 
Sumber : https://www.researchgate.net/



3.     Tingkat kemampuan 3 
Mampu menguasai pengetahuan teori dari keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan atau 

4.     Tingkat kemampuan 4 
Peserta didik mampu memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukan di bawah supervisi, pengujian keterampilan ini dapat dilakukan melalui 

Yang akan dibahas dalam post ini adalah ujian OSLER.


https://youtu.be/6Y8h7z5x1CE


         Ujian OSLER (uatu jenis ujian yang diberikan pada mahasiswa kepaniteraan klinik yang ada pada level 
      Pendekatan klinis OSLER lebih dalam dari Mini CEX karena OSLER selain mengobservasi , peserta didik melakukan pemeriksaan langsung kepada pasien, namun juga melanjutkan dengan ujian lisan. Seperti Mini CEX peserta didik berkesempatan memeriksa pasien dengan kompetensi dokter umum lalu setelah itu peserta didik akan membuat status ujian lalu kembali menghadap penguji untuk kemudian digali pengetahuannya seputar kondisi penyakit pasien.

·      The 10 items cover all aspects of working up a long case
·      The process of history taking, examination, and management of patients is observed
·     In addition to observation during history taking, communication skills are also evaluated

10 items in OSLER
History taking
1.     Pace and clarity of presentation
2.     Communication process
3.     Systematic approach
4.     Establishment of case facts
Physical examination
1.     Systematic approach
2.     Examination technique
3.     Establishment of correct findings
Management
1.     Appropiate investigations in logical sequence
2.     Appropiate management plan
3.     Clinical acumen

OSLER bertujuan untuk menilai kemampuan klinik peserta kepaniteraan dalam menghadapi kasus tertentu secara komprehensif. Penilaian dilakukan sekitar 20-30 menit dimana penilai akan menilai 10 butir penilaian yang terdiri dari 4 butir anamnesis (kecepatan dan kejelasan anamnesis, kemampuan komunikasi, pendekatan yang sistematik, dan mendapatkan fakta sesuai kasus), 3 butir pemeriksaan fisik (pendekatan sistematik, teknik pemeriksaan, dan penemuan fisik yang sesuai), dan 3 butir lainnya (investigasi yang sesuai, pemberian terapi atau manajemen yang sesuai, kemampuan peserta dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah).

Sumber :


 Akhir kata saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan yang telah diberikan oleh  Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada rekan-rekan sejawat dan kepada adik-adik di pre-klinik. Apabila ada salah kata sekiranya agar pembaca dapat memberikan kritik dan masukan. 




Tuesday, July 28, 2020

Pemasangan NGT dan Tindakan USG

Disampaikan Oleh:

 dr. Suzanna Ndraha, SpPD, KGEH, FINASIM 

Diringkas Oleh: 

    Monica Chandra S.Ked


NGT (Naso Gastric Tube)

VIDEO Tutorial NGT  https://youtu.be/uC2CjLbMK3Q

Berikut adalah indikasi pemasangan NGT:

1.    Untuk dekompresi lambung

2.    Untuk memasukan makanan dan obat-obatan

3.    Untuk diagnostic, apakah masih ada perdarahan pada lambung


Alat dan bahan yang harus siapkan adalah:

1.    Selang NGT no.16 atau 18. periksakan tanggal kadarluasanya

2.    Pen light

3.    Gunting

4.    Spuit 50cc

5.    Basis emesis

6.    Stetoskop

7.    Plester

8.    Alcohol

9.    Kertas tissue

10.  Gelas air dan sedotan

11.  Lumbricant gel    

12.  Sarung tangan

 

  


Langkah-langkah pemasangan NGT:

1.    Siapkan alat dan bahan

2.    Cuci tangan

3.    Pakai sarung tangan sesuai dengan ukuran tangan kita

4.    Posisikan pasien pada posisi semi fowler

5.    Lapisi pakaian pasien dengan handuk

6.    Letakkan basis emesis di  pangkuan pasien

7.    Cek lubang hidung pasien mana yang lebih besar dan pastikan tidak ada masalah pada lubang hidung pasien

8.    Ukur panjang insersi tube (ujung distal 6 cm dibawah prosesus xyhpiodeus)

9.    Ukur selang melalui cuping telinga

10.  Tandai ujung proksimal di lobang hidung

11.  Tandai dengan plester

12.  Olesi selang dengan gel lumbrikan

13.  Masukan selang NGT

14.  Minta pasien bernafas dari mulut

15.  Saat selang masuk minta pasien menelan, jika sulit menelan suruh pasien minum air dengan sedotan

16. Masukan NGT sampai batas plester yang ditandai

17.  Lihat apakah ada cairan yang keluar

18.  Jika tidak ada cairan yang keluar, maka tes dengan spuit 50cc untuk memastikan NGT masuk dengan benar

19.  Fiksasi NGT

 

     

Bimbingan USG (Ultra Sonography)

VIDEO  Tutorial USG(1) https://youtu.be/AZZ-rZy7IzE

Pembahasan:


Kasus 1 :         USG pada ikterus bertujuan untuk menyingkirkan kolestasis ekstrahepatik, Hasil USG: Abses hati multiple

Kasus 2 :         USG pada sakit pinggang bertujuan menemukan hidronefrosis/nefrolitiasis

Kasus 3:          USG pada asites bertujuan untuk mencari kausa asites, pada kasus didapatkan sirosis hati dengan asites, sehingga tatalaksananya dilanjutkan dengan punksi cairan asites. Paling sering juga ditemukan dalam praktek klinis yakni etiologi asites nya adalah penyakit ginekologi dan TB peritoneum.  

Kasus 4:          USG pada demam lama dengan suspek mengarah pada kelainan hati adalah bertujuan untuk mencari abses intraabdomen/pembesaran KGB para aorta/abses hati/hepatoma. Pada kasus didapatkan hasil abses hati multiplel

Kasus 5:          USG pada masa abdomen bertujuan untuk mengidentifikasi tumor. Pada kasus didapatkan hasil sirosis hati dengan hepatoma.

 



VIDEO Tutorial USG (2) https://youtu.be/Y0abd8Snoiw

 

Pembahasan:


Kasus 1:          Laki-laki usia 65 tahun datang dengan pengantar melena, dan akan dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui ada sirosis heptis atau tidak. Pada pemeriksaan USG yang dilakukan di dapatkan permukaan yang tidak rata, irregular, dan vena porta serta vena hepatis dalam keadaan normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melena pada pasien ini bukan karena sirosis hati.


Kasus 2:Laki-laki usia 41 tahun datang ke ruang USG dengan keluhan hematemesis melena, dari pemeriksaan USG didapatkan hasil permukaan hati tidak rata, struktur hati kasar, serta vena porta yang melebar. Berdasarkan hasil USG dapat di simpulkan bahwa hematemesis melena pada pasien adalah karena sirosis hepatis.


Kasus 3:Wanita 45 tahun datang untuk melakukan USG dengan keluhan vomitus dan ada riwayat ca cervix. Pada USG didapatkan hidronefrosis dekstra dan sinistra. Pada ginjal kiri dan kanan kemungkinan terjadi hidronefrosis karena adanya ca cervix yang menekan ureter.


Kasus 4:Laki-laki usia 42 tahun datang dengan pengantar CKD. Pada hasil USG ginjal, didapatkan kistik dengan berbagai ukuran di parenkim ginjal. Kesimpulannya CKD pada pasien dikarenakan polikistik ginjal.


Kasus 5:Pasien usia 20 tahun datang dengan keluhan dyspepsia dan DBD. Pada USG didapatkan dan asites. Kesimpulannya yaitu DBD dengan kage.


Kasus 6:Pasien usia 52 tahun datang ke RSUD Koja dengan keluhan nyeri perut kanan atas tanpa disertai demam. Pada USG didapatkan massa atau sol yang berdiameter 5cm yang diduga merupakan abses hati.


Kasus 7: Laki-laki usia 28 tahun dengan gizi kurang mengalami sakit perut selama 3 bulan terakhir, dan dalam 1 bulan terakhir perutnya membuncit. Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya asites dengan septa-septa. Diduga pasien terkena TB peritoneum dan akan dilakukan pungsi.


Kasus 8:Perempuan usia 54 tahun datang dengan keluhan dyspepsia. Dari USG didapatkan kolelitiasis multiple. Dapat terlihat adanya gambaran batu kecil-kecil multiple di gallbladder.

 Akhir kata saya sebagai penulis berterima-kasih kepada dr. Suzanna Ndraha, SpPD, KGEH, FINASIM yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menulis dalam blog yang sangat mendidik ini, saya harap kepada pembaca dapat memberikan saran dan komentar dan terakhir mohon maaf jika dalam penyusunan masih terdapat kesalahan.