Tuesday, January 10, 2017

Bimbingan Terapi Insulin


Bimbingan Terapi Insulin


Disampaikan oleh : dr.Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH FINASIM

Image result for suzanna ndraha


Diringkas oleh : Ogi Leksi Susanto, S,Ked


DM (Diabetes Mellitus) merupakan suatu penyakit metabolik endokrin yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa didalam darah lebih dari normal. DM dapat terjadi akibat menurunnya kadar insulin baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk bisa mendiagnosa DM pasien harus memiliki gejala trias DM yaitu (polifagi, polidipsi, dan poliuri) serta GDS (glukosa darah sewaktu) harus ≥ 200mg/dL atau GDP (glukosa darah puasa) ≥ 126mg/dL. Jika pasien tidak memiliki gejala trias DM maka GDS atau GDN harus diulang, dan jika hasilnya lebih dari normal maka pasien dapat di diagnosa DM, berikut adalah protokol untuk mendiagnosa DM

Jika kita sudah bisa mendiagnosa pasien DM maka kita juga harus tau cara mengendalikan DM nya, karena DM terjadi akibat defek dari insulin baik secara kuantitaif maupun kualitatif bukan berarti pengobatan DM harus selalu menggunakan insulin. Pasien DM pertama kali harus di edukasi untuk diet DM dan melaksanakan pola hidup sehat, jika diet dan pola hidup sehat gagal untuk mengontrol gula darah, maka terapi berikutnya adalah dengan OHO (obat hipoglikemik oral). Lini pertama dari OHO adalah metformin, tetapi metformin kontraindikasi untuk pasien dengan gagal ginjal terminal dan gangguan lambung karena dapat menimbulkan asidosis laktat. Berikut adalah protokol penanganan DM. 


Insulin merupakan tahap terakhir dari pengobatan terhadap pasien DM tipe 2, indaksi untuk penggunaan insulin adalah
  1. DM tipe 1
  2. Gagal OHO baik primer (tidak pernah bisa terkontrol biarpun dengan OHO dosis maksimal), maupun  Sekunder : (Pernah terkontrol denga  OHO, lama kelamaan menjadi tidak bisa terkontrol)
  3.  Hamil
  4. Gagal ginjal terminal
  5. Infeksi berat dan akut
  6. Pankreatitis
  7. Stress akut (infeksi, gagal jantung)
Insulin ada 2 macam yaitu prandial (insulin R) dan basal (insulin N), insulin prandial adalah insulin yang diberikan untuk mengendalikan glukosa darah akibat makanan/minuman karena memiliki masa kerja yang singkat. Sedangkan insulin basal adalah insulin yang diberikan pada malam hari saat pasien akan tidur untuk mengendalikan glukosa darah yang dihasilkan oleh hepar saat pasien tidur (hepatic glucose production) karena memiliki masa kerja yang panjang. Dosis untuk memulai insulin basal adalah 0,1 - 0,2 unit/kgBB/hari, asumsi berat 50kg maka dosisnya 10 unit/hari. Prinsip dari penggunaan insulin adalah “Start low, go slowKarena jika kita memberikan dosis terlalu tinggi bisa menyebabkan hipoglikemi, dan sangat berbahaya bagi pasien.

Orang yang tidak memiliki penyakit DM dan tidak minum OHO ataupun tidak memakai insulin tidak bisa hipoglikemi, kecuali jika orang tersebut mengalami gagal hati seperti sirosis, sehingga hepar tidak lagi adekuat dalam menghasilkan glukosa pada saat orang tersebut tidur sehingga menyebabkan hipoglikemi. Dalam pemberian insulin basal harus berhati-hati, karena jika diberikan terlalu banyak dapat menimbulkan efek somogyi yaitu dimana kadar glukosa darah pagi meningkat akibat dari terlalu besarnya dosis insulin basal yang diberikan sehingga pada malam hari pasien mengalami hipoglikemi, untuk mengkompensasi hipoglikemi tersebut hepar meningkatkan hepatic glucose production sehingga pada pagi hari didapatkan kadar glukosa darah yang tinggi. Cara mengatasinya adalah dengan menurunkan dosis insulin basal.

   Untuk menghitung total dosis insulin perhari menggunakan 0,5 unit x KgBB, sebagai contoh : berat badan 60kg maka dosis insulin perhari adalah 60 x 0,5unit = 30 unit/hari. Untuk dosis prandial diambil 60% dari dosis total jadi 30Ux 60% = 18 unit, 18 unit tersebut dibagi menjadi 3 dosis yaitu 6 unit untuk makan pagi (06.00), 6 unit untuk makan siang (12.00), dan 6 unit lagi untuk makan malam (18.00). sedangkan untuk dosis basalnya diberikan 40% dari dosis total jadi 30U x 40% = 12 unit.


Komplikasi dari DM yang sering kita dengar adalah KAD (ketoasidosis Diabetik). KAD ditandai dengan Glukosa darah ≥ 300mg/dL, aseton positif, dan asidosis metabolik. Penanganan KAD harus segera dan tidak boleh ditunda, untuk penanganannya dimulai dengan dosis insulin R drip 5U/jam dan cek GDS tiap 1 jam, apabila dalam 1 jam gula darah tetap  ≥ 300mg/dL maka dinaikan menjadi 6U/jam apabila gula darah tetap ≥ 300mg/dL maka dinaikan menjadi 7U/jam, dan dicek terus gula darah tiap jam, apabila masih tetap ≥ 300mg/dL naikan jadi 8U, 9U, 10U… dan seterusnya setiap jam nya sampai gula darah mencapai 200mg/dL-300mg/dL, jangan takut untuk menambahkan dosis insulin tiap jamnya, karena insulin tidak mempunyai limit dose yang artinya dosis insulin bisa sampai sebesar apapun untuk mencapai gula darah yang stabil. Apabila gula darah sudah turun  mencapai 200mg/dL-300mg/dL maka dosis insulin dapat diturunkan menjadi 1U-2U/jam + SS/4 jam dan dalam 24 jam ke 2 SS/6 jam, bila GDS  ≤ 200mg/dL makan drip dapat dihentikan, namun apabila GDS ≤ 100mg/dL maka infuse diganti dengan D5%.


Dosis bolus insulin R untuk hiperglikemi adalah sebagai berikut :
  • <200mg/dL : tidak diperlukan koreksi
  • 200-250mg/dL = 5U
  • 250-300mg/dl = 10U
  • 300-350mg/dl = 15U
  • >350mg/dl = 20U
Mengkonversi insulin R menjadi insulin N dapat menggunakan cara sebagai berikut, contoh pasien mendapatkan insulin R 3x10U dan insulin N 10U per hari, berarti pasien tersebut mendapat kan insulin R 30U/hari, maka untuk menkonversi menjadi N, total dosis insulin R : 2 sehingga menjadi 15U. Pasien tersebut pada awalnya juga menggunakan insulin N 10U, sehingga total dosis insulin N nya menjadi 25U/hari. dosis total tersebut dibagi menjadi 2 dosis namun untuk memudahkan pembagian dosis nya maka total dosis dibulatkan menjadi 24U/hari... Jadi 2/3 dosis yaitu 16U digunakan pada pagi hari (06.00), dan 1/3 dosis yaitu 8U dipakai untuk sore hari (18.00).

3 comments: