Friday, October 27, 2017

Ringkasan Minggu ke-7 IPD KOJA

Disampaikan oleh:
dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH, FINASIM


Diringkas oleh:
Citra Tanti


Apa Itu Graves' Disease?
Graves’ disease merupakan kelainan sistem imun yang menyebabkan adanya produksi hormon tiroid yang  berlebihan. Ini disebabkan adanya antibodi yang bekerja seperti TSH sehingga produksi T3 dan T4 meningkat dari kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh. Grave’s disease sebagian besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti gen, jenis kelamin, stress, kehamilan, serta adanya kemungkinan infeksi.
Hormon tiroid memiliki peranan yang vital dalam mengatur metabolisme tubuh. Peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah memacu peningkatan kecepatan metabolisme di seluruh tubuh. Salah satu gejala yang umum ditemui pada penderita hipertiroid adalah intoleransi panas dan berkeringat berlebihan karena peningkatan kadar tiroid memacu peningkatan basal metabolic rate. Selain itu hipertiroidisme juga mempengaruhi sistem kardiorespiratori menyebabkan kondisi palpitasi, takikardi dan dyspnea umum ditemukan pada pasien hipertiroidisme
Akibat stimulasi sistem saraf adrenergik berlebihan, muncul gejala-gejala psikiatrik seperti rasa cemas berlebihan, mudah tersinggung dan insomnia. Peningkatan kecepatan metabolisme menyebabkan pasien hipertiroidisme cepat merasa lapar dan nafsu makan bertambah, namun demikian terjadi penurunan berat badan secara signifikan dan peningkatan frekuensi defekasi. Pada pasien Graves’ disease, gejala klinis juga dapat berupa inflamasi dan edema di otot mata (Graves’ ophtalmopathy) dan gangguan kulit lokal (myxedema).
            Untuk membantu menegakkan diagnosis pasien menderita Graves’ disease perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dapat kita temukan adalah
·         Adanya struma melalui inspeksi/palpasi
·         Tekanan darah yang meningkat
·         Kulit menjadi hangat
·         Gejala pada mata yaitu exoftalmus
·         Tremor perifer
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis Graves’ disease yaitu pemeriksaan laboratorium seperti TSH serum, kadar hormon tiroid (T3 dan T4) total dan bebas. Pada pasien Graves’ disease, kadar TSH ditemukan rendah disertai peningkatan kadar hormon tiroid. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yaitu melalui elektrokardiogram (EKG) yang akan menunjukkan hasil adanya gambaran atrial fibrilasi dan melalui USG untuk mengonfirmasi nodul ke arah ganas atau jinak.
            Rencana terapi yang dianjurkan untuk graves’ disease adalah pemberian obat anti tiroid yang bekerja dengan menghambat sintesis hormon tiroid sebagai immunosupresan. Obat anti tiroid yang dapat diberikan yaitu  PTU dengan dosis 3x 100 mg atau tirozol dengan dosis 2x10 mg pada kasus ringan. Selain pemberian terapi di atas, pasien Graves’ disease perlu mendapatkan terapi dengan beta-blocker. Beta-blocker digunakan untuk mengatasi keluhan seperti tremor, takikardia dan rasa cemas berlebihan. Golongan beta-blocker yng dapat diberikan yaitu propranolol dengan dosis 1x10 mg.
Evaluasi pengobatan perlu dilakukan secara teratur mengingat penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi remisi. Evaluasi pengobatan paling tidak dilakukan sekali dalam sebulan untuk menilai perkembangan klinis yang berfungsi untuk  menentukan dosis obat selanjutnya. Dosis dinaikkan dan diturunkan sesuai respons hingga dosis tertentu yang dapat mencapai keadaan eutiroid. Kemudian dosis diturunkan perlahan hingga dosis terkecil yang masih mampu mempertahankan keadaan eutiroid. Setelahitu, evaluasi dilakukan tiap 3 bulan hingga tercapai remisi. Parameter biokimia yang digunakan adalah FT-4 dan kadar TSH, sedangkan parameter klinis yang dievaluasi ialah berat badan, nadi, tekanan darah, dan mata.

No comments:

Post a Comment