Sunday, August 14, 2016

Rangkuman bimbingan IPD 13 : Hipertensi

Rangkuman bimbingan IPD 13 : Hipertensi

Disampaikan oleh:
dr. Suzanna Ndraha. SpPd. KGEH.


Dirangkum oleh:
Kelvin Wilbent Daffa

Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah sistolis diatas 140 mmHg, dan tekanan darah diastol diatas 90 mmHg. Tentunya dalam praktik sehari-hari ketika kita sedang berpraktik dan mendapatkan tensi seseorang yang tinggi kita tidak dapat semerta-mertaengatakan orang tersebut terkena hipertensi. Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah kita yang secara fisiologis memang terjadi. Diantaranya seseorang yang sedang mengalami stress psikis, seusai melakukan excersise, dll. Keadaan tensi yang tinggi ini dapat normal kembali dengan sendirinya jika sudah tidak ada faktor yang mempengaruhinya lagi. Kondisi tekana darah yang naik turun secara temporer disebut hipertensi reaktif. Jadi ketika kita dalam praktik menemukan tensi seseorang tinggi, kita harus lebih dalam menganamnesis dan menganalisa lagi apakan ini benar benar hipertensi atau hanya sekedar hipertensi reaktif. Jika dalam anamnesis didapatkan memang dari dulu pasien tersebut selalu tinggi tensinya, ditambah usia yang mungkin sudah tua. Bisa kita curigai memang pasien tersebut sudah terkena hipertensi. Hal ini cukup penting dalam menentukan seseorang memang hipertensi atau tidak, karena sekali seseorang terdiagnosa hipertensi maka orang tersebut haru meminum obat anti hipertensi untuk dapat mengontrol tekanan darahnya. Namun jika pada anamnesis tadi dikatakan tidak pernah mengalami hipertensi sebelumnya, sebaiknya jangan terlalu cepat memberikan terapi. Coba dengan mengubah gaya hidupnya terlebih dahulu dan mengobservasinya kembali, karena kemungkinan hal tersebut hanya sekedar hipertensi reaktif.

Hipertensi terkadang banyak disepelekan banyak orang, dan banyak orang tidak sadar dan tidak perduli kalau mereka terkena hipertensi. banyak orang yang tahu bahwa tekanan darahnya tinggi namun tidak memperdulikannya karena merasa tidak ada gejala ataupun keluhan pada tubuhnya. Padahal Hipertensi memang tidak memberikan gejala yang khas namun hipertensi merupakan suatu faktor resiko berbagai penyakit kronik yang berat. Diantaranya kelainan kardiovaskular, kelainan ginjal, kelainan retina, dll. Dengan kita dapat mengontrol tekanan darah pasien kita, maka kita dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dari pasien kita. Hipertensi  dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer

Hipertensi primer merupakan sekitar 90% kasus hipertensi yang ada. Hipertensi primer adalah suatu keadaan hipertensi dimana tidak ada penyakit yang mendasari pada pasien atau bisa dikatakan tidak begitu jelas patofisiologinya. Biasanya terkait usia dan berjalan seiring pertambahan usia. dimana hipertensi primer biasanya muncul pada orang-orang usia diatas >40 tahun. Dimana pada usia tersebut secara fisiologis mulai banyak terjadi proses degenerasi pada berbagai organ tubuh seseorang. Pada hipertensi ini pula juga biasanya ada faktor resikonya. Berbeda dengan hipertensi sekunder, dimana ada penyakit yang mendasari yang menyebabkan hipertensi. Hipertensi primer mempunyai faktor resiko dimana menjadi suatu komorbid atau juga merupakan faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena hipertensi jika faktor-faktor tersebut ada. Diantaranya adalah genetik, usia, dislipidemia, as urat, dan gaya hidup.

Hipertensi sekunder

Merupakan suatu keadaan hipertensi dimana ada penyebab penyakit yang mendasari sehingga penyakit tersebut membuat penderitanya menjadi hipertensi. Hipertensi ini bisa terjadi pada orang-orang usia muda atau tua. Artinya tidak selalu pada usia tua seperti hipertensi primer. Bisa saja orang usia muda dibawah 40 tahun bisa terkena. Dan justru ketika ada seseorang usia muda terkena hipertensi, kita harus sangat curiga dan ekstra hati-hati karena kemungkinan besar ada penyakit yang mendasari pada pasien tersebut. Dengan kita bisa mencari dan mengobati penyebab causatifnya dan menterapi sejak dini, maka dapat mencegah atau memperlambat  berbagai keadaan yang buruk dari pasien. Tentunya kita juga dapat meningkatkan kwalitas hidup pasien dan mencegah dari berbagai penyakit dan komplikasi lain.

Beberapa penyakit penyebab hipertensi sekunder diantaranya :

- Berbagai kelainan ginjal seperti : glomerulo nefritis, cushing disease, feakroma, dan ckd
- lalu kelainan tiroid seperti : hipertiroidisme .
Algoritma penatalaksanaan hipertensi diatur dalam JNC. Banyak textbook yang masih memakai JNC 7, namun sebenarnya sudah ada JNC 8 yang release tahun 2014. Hanya ada sedikit perbedaan pada keduanya.



Pada JNC 7 ketika kita sudah menetapkan seseorang hipertensi, pada awalnya kita coba ubah gaya hidup pasien tersebut terlebih dahulu, jika target tidak terpenuhi baru mulai masuk dengan menggunakan obat-obatan. Sebelumnya kita bagi dahulu dengan yang memiliki penyakit penyerta atau yang memiliki komorbid dengan yang tidak. Jika tanpa komorbid pada stage 1 kita bisa memilih 1 obat diantara ACE inhibitor, ARB, CCB, atau beta bloker. Lalu pada stage 2 adalah diuretik ( yang dipakai untuk hipertensi HCT ) + salah satu dari obat stage 1. Namun jika ada komorbidnya adalah dengan kombinasi obat penyakit penyertanya.


Pada JNC 8 hanya sedikit berbeda, diantaranya yang pertama pada JNC 8 target tekanan darahnya dibagi berdasarkan umur. Untuk usia <60 tahun targetnya adalah 140 mmHg. Sedangkan untuk >60 tahun targetnya adalah 150 mmHg.  Lalu pada JNC 8 pada lini 1 tidak dipakai obat-obatan Beta bloker. Lalu pada JNC 8 juga untuk usia 75 tahun keatas lebih disarankan CCB dan thiazid. Dan satu lagi pada JNC 8 memastikan bahwa ACE Inhibitor tidak boleh digabung penggunaannya karena memiliki cara kerja yang sama.

Dalam praktik sehari-hari banyak golongan-golongan antihipertensi yang sering digunakan. Diantaranya :

Golongan Ace inhibitor, seperti captopril dengan dosis 12,5 mg dan 25 mg dimana merupakan golongan lama yang harus diminum 2-3 kali sehari. Efek sampingnya adalah batuk dan dengan kontra indikasi mutlak pada wanita hamil dan kontra indikasi relatif pada ckd karena pada sejarahnya dapat memperburuk keadaan ckd yang dikarenakan stenosis arteri renalis seseorang. Namun ada golongan Ace inhibitor baru seperti ramipril yang dapat diminum sehari sekali sehingga kepatuhan pasien yang harus minum jangka panjang lebih baik.

Golongan ARB, seperti candesartan dosis 8 mg dan 16 mg. Efek samping sama dengan Ace inhibitor namun sangat minimal, kontra indikasi juga pada hamil karena belum ada penelitiannya. Namun tidak kontra indikasi dengan pasien CKD.

Lalu golongan betabloker, seperti propanolol untuk golongan lama dan bisoprolol. Efek samping bronkrospasme dan kontraindikasi asma. Propanolol sudah tidak dipakai lagi untuk menurunkan hipertensi, namun pada prakteknya masih bisa kita pakai untuk orang sirosis hepar agar menurunkan hipertensi portal. Dosis yang dipakai adalah dosis yang tidak menurunkan tensi. Lalu juga pada orang dengan penyakit tiroid untuk menurunkan takikardi. Namun selama masih mengalami takikardi saja.

Golongan diuretik. Yang kita kenal adalah furosemid, spironolacton, dan hidroclorothiazid. Namun dari ke 3 ini hanya thiazid yang di rekomendasikan untuk hipertensi dengan dosis 25 mg sehari sekali pagi hari. Namun thiazid memiliki efek samping yang memperburuk fungsi ginjal. Kontra indikasi absolutnya adalah hamil.

Golongan CCB, untuk golongan lama yaitu nifedipin dengan dosis 30 mg 3-4 kali sehari. Dengan efek samping takikardi. Kontraindikasi adalah decomp jantung. namun obat ini bisa dan sangat populer aman untuk orang hamil. dan golongan baru yaitu seperti amlodipin.

Alfa bloker sentral, seperti clonidin. Dengan dosis 75 microgram dan 100 microgram 2-3 kali sehari. Efek sampingnya atau mungkin komplikasinya dapat dikatakan dapat menyebabkan rebound. Pada pasien ini jika obatnya putus atau berhenti tensi pasien bisa meningkat dengan drastis dan mendadak. Kontra indikasinya pada orang dengan gangguan kesadaran atau ssp.

Lalu Metil dopa, dosis 250 mg diminum 3 kali sehari. Namun obat ini membuat ngantuk sehingga jarang diberikan. Kontraindikasi pada orang-orang yang tidak boleh mengantuk dalam bekerja seperti pilot, supir, dll. Namun aman bagi pasien hamil.

Alfa bloker, seperti terasosin. Walaupun efeknya tidak terlalu kuat untuk hipertensi namu alfabloker menghambat progresivitas hipertrofi prostat.

No comments:

Post a Comment