Sunday, September 1, 2013

Bimbingan Penelitian IPD FK Ukrida: PROPOSAL (BAB I)



BAB I
PENDAHULUAN

I.1   Latar Belakang
Sekitar 30% penderita sirosis hati (SH)  juga menderita diabetes melitus (DM).  DM sebagai komplikasi sirosis hati dikenal sebagai ’hepatogenous diabetes’ atau ’DM tipe sirosis’.1,2 Resistensi insulin pada otot dan jaringan lemak serta hiperinsulinemia diduga berperan dalam patofisiologinya. Gangguan fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin hepatik juga turut berperan. ’Hepatogenous diabetes’ atau ’DM tipe sirosis’ merupakan penyakit yang secara klinis berbeda dengan DM tipe 2 (DMT2), karena komplikasi makroangiopati jarang terjadi dan pasien lebih sering terkena komplikasi kronik dari sirosisnya. DM mempertinggi angka kematian pada sirosis hati. Tatalaksana menjadi kompleks karena harus memperhitungkan kerusakan hati dan hepatotoksisitas obat hipoglikemik oral (OHO)nya. Di pihak lain, ada anggapan yang beredar di masyarakat bahwa penyakit hati memerlukan asupan gula yang tinggi. Hal ini membuat pasien dengan gangguan hati kronis akan mempertinggi asupan gulanya. Bahkan sekalipun pasien tersebut telah diketahui menderita DM, mereka tetap memilih asupan glukosa tinggi untuk upaya perbaikan penyakit hatinya. Hal ini seringkali luput dari perhatian medik, dan mungkin saja merupakan faktor lain yang mempersulit tatalaksana DM pada penyakit hati.
Tidak banyak peneliti menulis tentang DM tipe sirosis ini. Di awal tahun 80-an, Budisantoso2 mendapatkan pada populasi DM di tahun 1981, 25% mengalami toleransi glukosa terganggu, dan 32% mengalami diabetes mellitus.  Di tahun 1985  Budisantoso3,4 mendapatkan  34,7% mengalami toleransi glukosa terganggu, dan 48,6% mengalami diabetes mellitus tipe sirosis. Namun selanjutnya publikasi mengenai DM tipe sirosis sulit didapatkan.
American Diabetes Association (ADA) 20055 mengklasifikasikan DM dalam 4 kelompok , yaitu [1] Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ IDDM, [2] Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/ NIDDM [3] Diabetes Melitus Tipe Lain dan [4] Diabetes Melitus Gestasional. Diabetes Melitus Tipe Lain yang dimaksud dalam klasifikasi ADA 2005 adalah defek genetik fungsi sel, defek genetik  kerja insulin, penyakit kelenjar eksokrin pankreas, endokrinopati, obat atau bahan kimia, infeksi, uncommon forms of immune-mediated diabetes dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes. Dalam klasifikasi ini tidak lagi terdapat DM tipe sirosis. Timbul pertanyaan, bagaimana keberadaan DM tipe sirosis sekarang ini.
’Hepatogenous diabetes’ atau ’DM tipe sirosis’ merupakan penyakit yang secara klinis berbeda dengan DM tipe 2 (DMT2). Sebuah studi membandingkan DM tipe sirosis dengan DMT2. Didapatkan rasio glukosa darah 2 jam postprandial (GDPP)/GD puasa (GDP) = 2,27 pada DM tipe sirosis, dan 1,69 pada DMT2. Insulin puasa pada DM tipe sirosis 23,2 µIU/mL, dan 11,6 µIU/mL pada DMT2. Indeks Homa IR pada DM tipe sirosis 8,38, dan 3,52 pada DMT2.6

I.2   Rumusan Masalah
Adanya resistensi insulin pada otot dan jaringan lemak, adanya hiperinsulinemia, adanya gangguan fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin hepatik, serta anggapan bahwa penderita penyakit hati memerlukan asupan gula tinggi, meningkatkan kekerapan gangguan metabolik gula pada DM. Namun dalam klasifikasi ADA 2005 tidak lagi terdapat DM tipe sirosis.
Di RSUD Koja, cukup banyak penderita sirosis yang muncul bersama diabetes. Diagnosis DM tipe sirosis tidak muncul secara eksplisit di klasifikasi ADA 2005. Timbul pertanyaan, bagaimana keberadaan DM tipe sirosis sekarang ini, dan apakah sebenarnya gangguan metabolik gula pada sirosis hati memang masih didapatkan. Penelitian mengenai gangguan metabolik gula pada sirosis hati ini belum pernah dilakukan di RSUD Koja. Penelitian yang sama di tingkat nasional juga belum banyak, kecuali beberapa tulisan di awal tahun 80-an. Dengan pertimbangan di atas, maka direncanakan melakukan penelitian ini.
  
1.3. Pertanyaan Penelitian:
Pertanyaan umum :
Bagaimana gangguan metabolik gula pada pasien sirosis hati di RSUD Koja?
Pertanyaan Khusus :
1.      Bagaimana pola asupan gula pada pasien sirosis hati di RSUD Koja.
2.      Bagaimana pola klinis pada pasien sirosis hati di RSUD Koja.
3.      Bagaimana status nutrisi dari pada pasien sirosis hati di RSUD Koja.
4.      Bagaimana hasil tes kadar insulin puasa dan toleransi glukosa pada pasien sirosis hati di RSUD Koja.
5.      Bagaimana rasio kadar  glukosa 2 jam post prandial/glukosa puasa (rasio GDPP/GDP) DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis?
6.      Bagaimana kadar insulin puasa DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis?
I.4   Tujuan Penelitian
Tujuan  umum :
Diketahuinya gangguan metabolik gula pada pasien sirosis hati di RSUD Koja?
Pertanyaan Khusus :
1.      Diketahuinya pola asupan gula pada pasien sirosis hati di RSUD Koja
2.      Diketahuinya pola klinis pada pasien sirosis hati di RSUD Koja.
3.      Diketahuinya status nutrisi dari pada pasien sirosis hati di RSUD Koja.
4.      Diketahuinya hasil tes kadar insulin puasa dan toleransi glukosa pada pasien sirosis hati di RSUD Koja.
5.      Diketahuinya rasio GDPP/GDP DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis
6.      Diketahuinya kadar insulin puasa DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis

I.5  Hipotesis penelitian:
Untuk pertanyaan no 1-4 tidak ada hipotesis, karena bukan penelitian analitik.
Untuk pertanyaan no 5, hipotesisnya adalah:
1.      Ho: Glukosa darah puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis sama dengan pada pasien DM tipe 2
2.      HA: Glukosa darah puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis lebih tinggi dibanding pasien DM tipe 2
Untuk pertanyaan no 6, hipotesisnya adalah:
1.      Ho: Insulin plasma puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis sama dengan pada pasien DM tipe 2
2.      HA: Insulin plasma puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis lebih tinggi dibanding pasien DM tipe 2

1.6.  Manfaat Penelitian
1.      Dengan diketahuinya pola asupan gula pada pasien sirosis hati di RSUD Koja, maka edukasi dapat lebih terarah
2.      Dengan diketahuinya pola klinis pada pasien sirosis hati di RSUD Koja, maka diagnosis dini dapat ditegakkan lebih baik
3.      Dengan diketahuinya status nutrisi dari pada pasien sirosis hati di RSUD Koja, maka tatalaksana nutrisi akan lebih ditingkatkan
4.      Dengan diketahuinya hasil tes kadar insulin puasa dan toleransi glukosa pada pasien sirosis hati di RSUD Koja, maka antisipasi untuk prevensi sekunder akan lebih baik.
5.      Dengan diketahuinya rasio GDPP/GDP dan kadar insulin puasa DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis maka tatalaksana DM tipe sirosis akan lebih baik

I.7 Keaslian Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang pertama kali dilakukan di RSUD Koja. Sebelumnya   penelitian serupa belum pernah dilakukan Tahun 2006 di Korea pernah dilakukan penelitian yang membandingkan rasio GDPP/GDP dan insulin puasa DM tipe sirosis dengan DMT2. Namun tidak dilengkapi dengan penelitian profil DM tipe sirosis. Untuk tingkat nasional, di awal tahun 80-an DM tipe sirosis pernah diteliti, namun tidak dilengkapi dengan perbandingan rasio GDPP/GDP dan insulin puasa terhadap DMT2. Penelitian ini novel untuk RSUD Koja khususnya dan Indonesia umumnya.



No comments:

Post a Comment