BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Sekitar
30% penderita sirosis hati (SH) juga
menderita diabetes melitus (DM). DM
sebagai komplikasi sirosis hati dikenal sebagai ’hepatogenous diabetes’ atau
’DM tipe sirosis’.1,2 Resistensi insulin pada otot dan jaringan
lemak serta hiperinsulinemia diduga berperan dalam patofisiologinya. Gangguan
fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin hepatik juga turut berperan. ’Hepatogenous diabetes’ atau ’DM tipe
sirosis’ merupakan penyakit yang secara klinis berbeda dengan DM tipe 2 (DMT2),
karena komplikasi makroangiopati jarang terjadi dan pasien lebih sering terkena
komplikasi kronik dari sirosisnya. DM mempertinggi angka kematian pada sirosis
hati. Tatalaksana menjadi kompleks karena harus memperhitungkan kerusakan hati
dan hepatotoksisitas obat hipoglikemik oral (OHO)-nya. Di pihak lain, ada
anggapan yang beredar di masyarakat bahwa penyakit hati memerlukan asupan gula
yang tinggi. Hal ini membuat pasien dengan gangguan hati kronis akan
mempertinggi asupan gulanya. Bahkan sekalipun pasien tersebut telah diketahui
menderita DM, mereka tetap memilih asupan glukosa tinggi untuk upaya perbaikan
penyakit hatinya. Hal ini seringkali luput dari perhatian medik, dan mungkin
saja merupakan faktor lain yang mempersulit tatalaksana DM pada penyakit hati.
Tidak
banyak peneliti menulis tentang DM tipe sirosis ini. Di awal tahun 80-an,
Budisantoso2 mendapatkan pada populasi DM di tahun 1981, 25% mengalami toleransi
glukosa terganggu, dan 32% mengalami diabetes mellitus. Di tahun 1985 Budisantoso3,4 mendapatkan 34,7%
mengalami toleransi glukosa terganggu, dan 48,6% mengalami diabetes mellitus
tipe sirosis. Namun selanjutnya publikasi mengenai DM tipe sirosis sulit
didapatkan.
American
Diabetes Association
(ADA) 20055 mengklasifikasikan DM dalam 4 kelompok ,
yaitu [1] Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus/ IDDM, [2] Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/
NIDDM [3] Diabetes Melitus Tipe Lain dan [4] Diabetes Melitus Gestasional.
Diabetes Melitus Tipe Lain yang dimaksud dalam klasifikasi ADA 2005 adalah defek genetik fungsi sel, defek
genetik kerja insulin, penyakit kelenjar
eksokrin pankreas, endokrinopati, obat atau bahan kimia, infeksi, uncommon forms of immune-mediated diabetes
dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes. Dalam klasifikasi
ini tidak lagi terdapat DM tipe sirosis. Timbul pertanyaan, bagaimana
keberadaan DM tipe sirosis sekarang ini.
’Hepatogenous diabetes’ atau ’DM
tipe sirosis’ merupakan penyakit yang secara klinis berbeda dengan DM tipe 2
(DMT2). Sebuah studi membandingkan DM tipe sirosis dengan DMT2. Didapatkan
rasio glukosa darah 2 jam postprandial (GDPP)/GD puasa (GDP) = 2,27 pada DM
tipe sirosis, dan 1,69 pada DMT2. Insulin puasa pada DM tipe sirosis 23,2
µIU/mL, dan 11,6 µIU/mL pada DMT2. Indeks Homa IR pada DM tipe sirosis 8,38,
dan 3,52 pada DMT2.6
I.2 Rumusan
Masalah
Adanya resistensi insulin pada otot
dan jaringan lemak, adanya hiperinsulinemia, adanya gangguan fungsi sel beta
pankreas dan resistensi insulin hepatik, serta anggapan bahwa penderita
penyakit hati memerlukan asupan gula tinggi, meningkatkan kekerapan gangguan
metabolik gula pada DM. Namun dalam
klasifikasi ADA 2005 tidak lagi terdapat DM tipe sirosis.
Di RSUD Koja, cukup banyak
penderita sirosis yang muncul bersama diabetes. Diagnosis DM tipe sirosis tidak
muncul secara eksplisit di klasifikasi ADA 2005. Timbul pertanyaan, bagaimana
keberadaan DM tipe sirosis sekarang ini, dan apakah sebenarnya gangguan
metabolik gula pada sirosis hati memang masih didapatkan. Penelitian
mengenai gangguan metabolik gula pada sirosis hati ini belum pernah dilakukan
di RSUD Koja. Penelitian yang sama di tingkat nasional juga belum banyak,
kecuali beberapa tulisan di awal tahun 80-an. Dengan pertimbangan di atas, maka
direncanakan melakukan penelitian ini.
1.3.
Pertanyaan Penelitian:
Pertanyaan umum :
Bagaimana
gangguan metabolik gula pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja?
Pertanyaan
Khusus :
1. Bagaimana pola asupan gula pada pasien
sirosis hati di RSUD
Koja.
2. Bagaimana
pola klinis pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja.
3. Bagaimana
status nutrisi dari
pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja.
4. Bagaimana
hasil tes kadar
insulin puasa dan toleransi glukosa pada pasien sirosis hati di RSUD
Koja.
5. Bagaimana
rasio kadar glukosa 2 jam post
prandial/glukosa puasa (rasio GDPP/GDP) DM tipe sirosis dibandingkan dengan
DMT2 non sirosis?
6. Bagaimana
kadar insulin puasa DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis?
I.4 Tujuan
Penelitian
Tujuan umum :
Diketahuinya gangguan
metabolik gula pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja?
Pertanyaan
Khusus :
1. Diketahuinya pola asupan gula
pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja
2. Diketahuinya pola klinis
pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja.
3. Diketahuinya status nutrisi dari pada pasien
sirosis hati di RSUD
Koja.
4. Diketahuinya hasil tes kadar insulin puasa dan
toleransi glukosa pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja.
5. Diketahuinya rasio
GDPP/GDP DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis
6. Diketahuinya kadar
insulin puasa DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2 non sirosis
I.5 Hipotesis
penelitian:
Untuk
pertanyaan no 1-4 tidak ada hipotesis, karena bukan penelitian analitik.
Untuk
pertanyaan no 5, hipotesisnya adalah:
1. Ho:
Glukosa darah puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis sama dengan pada
pasien DM tipe 2
2. HA:
Glukosa darah puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis lebih tinggi
dibanding pasien DM tipe 2
Untuk
pertanyaan no 6, hipotesisnya adalah:
1. Ho:
Insulin plasma puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis sama dengan pada
pasien DM tipe 2
2. HA:
Insulin plasma puasa rata-rata pada pasien DM tipe sirosis lebih tinggi
dibanding pasien DM tipe 2
1.6. Manfaat
Penelitian
1. Dengan diketahuinya pola asupan
gula pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja,
maka edukasi dapat lebih terarah
2. Dengan diketahuinya
pola klinis pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja,
maka diagnosis dini dapat ditegakkan lebih baik
3. Dengan diketahuinya status nutrisi dari pada pasien
sirosis hati di RSUD
Koja, maka
tatalaksana nutrisi akan lebih ditingkatkan
4. Dengan diketahuinya hasil tes kadar insulin puasa dan
toleransi glukosa pada pasien sirosis
hati di RSUD Koja,
maka antisipasi untuk prevensi sekunder akan lebih baik.
5. Dengan diketahuinya
rasio GDPP/GDP dan kadar insulin puasa DM tipe sirosis dibandingkan dengan DMT2
non sirosis maka tatalaksana DM tipe sirosis akan lebih baik
I.7 Keaslian
Penelitian
Penelitian ini adalah
penelitian yang pertama kali dilakukan di RSUD Koja. Sebelumnya penelitian serupa belum pernah dilakukan
Tahun 2006 di Korea pernah dilakukan penelitian yang membandingkan rasio GDPP/GDP dan insulin puasa DM
tipe sirosis dengan DMT2. Namun tidak diLengkapi dengan penelitian profil DM
tipe sirosis. Untuk tingkat nasional, di awal tahun 80-an DM tipe sirosis
pernah diteliti, namun tidak dilengkapi dengan perbandingan rasio GDPP/GDP dan insulin puasa
terhadap DMT2. Penelitian ini novel untuk RSUD Koja khususnya dan Indonesia
umumnya.
No comments:
Post a Comment