Wednesday, June 28, 2017

BIMBINGAN IPD 19 - SOP KEGAWATDARURATAN ILMU PENYAKIT DALAM


BIMBINGAN IPD 19 - SOP KEGAWATDARURATAN ILMU PENYAKIT DALAM
Tanggal 21 Juni 2017 

Disampaikan oleh : 
dr Suzanna Ndraha Sp.PD, KGEH, FINASIM



Diringkas oleh :
Siska



SOP Acute Kidney Injuri (AKI) 

AKI merupakan ketidakmampuan ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (glomerulus filtration rata/GFR) yang menurun, berlangsung secara tiba-tiba, dan dapat kembali normal. Pada AKI, perlu dicari kemungkinan penyakit yang mendasari, seperti adanya diare atau dehidrasi. 

Working diagnosis AKI bisa digunakan jika :  Ureum kreatinin tinggi (ureum : kreatinin > 40 :1), Hb normal, tidak ada riwayat penyakit ginjal sebelumnya, tidak ada penyakit kronik penyebab Chronic Kidney Disease (CKD, yaitu seperti : Hipertensi, Diabetes Mellitus, hiperurisemia, dll

Penyebab AKI bisa dibagi menjadi : 
  • Prerenal : ada penyebab yang jelas, yaitu kehilangan banyak cairan tubuh (diare/dehidrasi, muntah-muntah, pendarahan). Diterapi dengan memberi cairan 3L/24 jam, kemudian cek kembali ureum kreatinin. 
  • Renal : ada riwayat terpapar zat kontras, jamu, analgetik. Diterapinya dengan menghentikan paparan.
  • Post renal : ada retensio urine/hidronefrosis. Diterapi dengan mengatasi sumbatan yang ada (konsul urologi). 

SOP Chronic Kidney Disease (CKD) 


CKD adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai penurunan GFR. Pada CKD, penyebabnya adalah penyakit yang sudah berlangsung lama, sehingga menimbulkan komplikasi pada ginjal. Penyakit-penyakit yang mendasari CKD antara lain : hipertensi, diabetes mellitus, batu ginjal dan ISK, glomerulonefritis, SLE, neoplasma, dan pengunaan obat-obatan nefrotoksik. Pada CKD, penyakit-penyakit yang bisa meyebabkan CKD harus diterapi sehingga tidak menyebabkan komplikasi yang bisa membahayakan pasien. 

Gejala gejala CKD dan tatalaksananya :
  1. Oligouri (fluid overload) : bisa diterapi dengan injeksi furosemid 2-6 amp (100cc)/24 jam, jika gagal drip furosemid 10-20 amp (100cc)/24jam (mikrodrip), jika gagal HD cito.
  2. Asidosis Metabolik : diterapi dengan koreksi bikarbonat 0,3 x BB x SBE seluruhnya didrip Dx 5% 24 jam, jika gagal HD cito.
  3. Infeksi : diterapi dengan cefoperazon/ceftriakson 2x1g, bila sepsis diberikan imipenem 2x1g.
  4. Anemia : jika SI normal, injeksi EPO iv 3x1 minggu 1 unit; jika SI rendah, maka diberikan preparat besi. Apabila Hb < 7g/dl dan diuresis >1000 cc, pasien boleh diterapi dengan transfusi PRC 250 cc.
  5. Hiperkalemi : biasanya menetap setelah koreksi asidosis, diterapi dengan Sansulin R 10 U dalam Dx 10% drip 10 tetes/menit kemudian pantau GD setiap 6 jam, jika gagal HD cito.
  6. Ensefalopati : HD cito.


SOP Tranfusi Darah Inkompatibel 

  • Jika inkompatibel minor +/++ : darah boleh ditransfusikan dengan premedikasi (dexamethasone 1 amp 5mg/ml dan 1 amp avil inj (pheniramine maleate 22,75 mg/ml))
  • Jika inkompatibel minor +++/++++ : darah yang diberikan harus darah cuci (washed PRC/washed erytrocyt) dengan premedikasi dexamethasone 1 amp 5mg/ml.
  • Jika inkompatibel mayor : darah yang diberikan harus darah cuci (washed PRC/washed erytrocyt), dengan dexamethasone sebagai terapi immunosupressan yang ditappering off tiap minggu. Pada inkompatibel mayor bisa dilakukan Coomb's Test untuk mengetahui apakah yang menjadi penyabab inkompatibel mayor adalah AHA (anemia hemolitic autoimmune) atau bukan. 

SOP DBD Dewasa (Demam Berdarah Dengue) 

Indikasi transfusi trombosit pada pasien DBD :
  1. Trombosit < 100.000/uL
  2. Ada pendarahan masif (4-5mL/kgBB/jam sekitar 250cc/jam  pada BB 50 kg pada pasien hematemesis melena) 
Trombosit pada penderita DBD akan terus turun selama 7 hari sebelum nantinya akan berangsur-angsur membaik. 

Indikasi pemberian cairan koloid pada DBD :
  1. Adanya hemokonsentrasi 
  2. Adanya bukti plasma leakage (seperti : asites dan efusi pleura) 
  3. Dengue Shock Syndrome (DSS)


SOP Asam Basa Elektrolit 

Asidosis Metabolik 
  • pH <  7
  • Terapi : koreksi bicnat 0,3 x BB (kg) x SBE (mmol/L) dalam Dx 5% drip dalam 24 jam 
  • Asidosis metabolik pada CKD diberikan koreksi bicnat full.
  • Sedangkan asidosis metabolik pada KAD tidak menggunakan koreksi bicnat full, tetapi disesuaikan dengan kadar pHnya. Jika pH < 7 maka diberikan 100 mmol, pH 7 - 7,1 diberikan 50 mmol, pH > 7,1 tidak diindikasikan diberikan bicnat. 
Asidosis Respiratorik 
  • pH < 7
  • Terapi : beri bronkodilator/nebulizer
Hipokalemi 
  • Dikoreksi jika K < 2,5 mmol/L
  • Terapi : diberikan NaCl 0,9% dalam 500 cc (1 kolf mengandung 25 mmol Kalium) diberikan 3-4 kolf/24 jam, yang akan meningkatkan 1 mmol/L Kalium.
Hiponatremi
  • Dikoreksi jika Na < 120 mmol/L
  • Terapi : diberikan NaCl 3% dengan kecepatan maximal 1 kolf/24 jam

SOP Hematemesis Melena

  • Perlu dibedakan penyebab hematemesis melena oleh karena sirosis atau non-sirosis
  • Pada hematemesis melena ec sirosis : Hb turun sekali (4-5 g/dl) oleh karena adanya pendarahan masif, ditemukan adanya stigmata sirosis (asites, spleenomegali, jaundice), dan trombositopeni. Terapinya : omeprazole aktif 80 mg IV, dilanjutkan 8mg/jam selama perdarahan aktif dan masif, harus diberikan tambahan vasoaktif drip Sandostatin (dalam Dx 5%) 2 amp/4jam, diberikan juga inpepsa, Vit. K dan yang terpenting diet DH I cair 6 x 150-200 cc.
  • Pada hematemesis melena ec non sirosis : biasanya disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi jamu jamuan pereda rasa nyeri. Terapinya : omeprazole 80 mg IV, dilanjutkan 8mg/jam selama perdarahan aktif dan masif, sucralfat, dan diet DL I cair 6 x 150-200 cc.


SOP Ketoasidosis Diabetik (KAD)


  • Ketoasidosis diabetik adalah adanya kadar gula darah > 300 mg/dl, ketonemia, dan asidosis metabolik (pH < 7,32 dan kadar bikarbonat < 15 mEq/L).
  • 1 jam pertama diberikan infus NaCl (2 kolf pada setengah jam pertama, dan dilanjutkan 1 kolf).
  • Dilanjutkan dengan bolus iv Sansulin R 10 U dan drip Sansulin R 5 U/jam
  • Periksa GDS tiap jam. 
  • Bila GDS > 300 mg/dl naikan terus dosis  insulin sampai GDS <300 mg/dl.
  • Bila GDS stabil 200-300 mg/dl, drip Sansulin R diturunkan 1-2 U/jam + sliding scale/4 jam, dan selama 24 jam ke-2 sliding scale/6jam.
  • Cek ulang Astrup-elektrolit jam ke-12, bisa dikoreksi dengan KCl dan bicnat. 

No comments:

Post a Comment