Thursday, June 29, 2017

BIMBINGAN IPD 19 TERAPI CAIRAN


BIMBINGAN IPD 19 - TERAPI CAIRAN 
Tanggal 22 Juni 2017

Disampaikan oleh : 
dr. Suzanna Ndraha Sp. PD, KGEH, FINASIM


Diringkas oleh : 
Ani Ratna Juwita



Terapi Cairan
Indikasi infus:
a.       Syok
1.      Syok hipovolemik, terjadi akibat penurunan volume intravascular secara signifikan. Syok hipovolemik terjadi akibat penurunan volume sel darah merah dan atau plasma darah. Kondisi tersebut dapat berupa perdarahan, kehilangan cairan dari gastrointestinal, urin maupun insensible water loss. Volume darah yang berkurang (penurunan preload) akan menurunkan volume akhir diastolic ventrikel sehingga stroke volume juga menurun.
2.      Syok kardiogenik, terjadi akibat kontraktilitas miokardium yang tidak adekuat misalnya akibat iskemia atau infark, sehingga curah jantung dan tekanan arteri juga menurun. Secara skematis, patofisiologi disfungsi miokardium tersebut merupakan akumulasi akibat disfungsi sistolik dan diastolic miokardium
3.      Syok sepsis, akibat agen vasodilator yang dihasilkan oleh mikroba.
4.      Syok  neurogenik, akibat kelainan sistem saraf pusat, paling sering pada kasus cidera medulla spinalis.
5.      Syok anafilaktik, akibat respon hipersensitivitas sistem imun.
b.      Dehidrasi
c.       Nutrisi parenteral
d.      Drip obat
e.       Koreksi asam basa
f.       Transfuse (WB, PRC, TC, FFP)
g.      Emergency line
Prinsip utama terapi cairan adalah menjaga keseimbangan masukan dan keluaran cairan, serta mengantisipasi kemungkinan kehilangan cairan yang terus berlangsung. Penggunaan cairan intravena dapat bertujuan untuk resusitasi, rumatan (maintenance).
1.      Resusitasi. Diperlukan apabila pasien kehilangan cairan yang cukup untuk memicu mekanisme dekompensasi tubuh. Resusitasi bertujuan untuk mengembalikan volume intravascular sehingga mengembalikan perfusi ke jaringan perifer.
2.      Rumatan (maintenance). Cairan rumatan intravena diberikan untuk menyediakan kebutuhan cairan dan elektrolit yang tidak dapat dipenuhi melalui rute oral ataupun enteral.
Dikenal dua macam cairan pengganti cairan tubuh:
1.      Cairan kristaloid, cairan kristaloid dapat menembus membrane semipermiable secara bebas. Kandungannya adalah air dan berbagai elektrolit yang sifatnya isotonic dengan cairan ektrasel. Misalnya garam atau gula.
2.      Cairan koloid, koloid cenderung menetap didalam pembuluh darah lebih lama di bandingkan kristaloid karena tidak dapat disaring secara langsung oleh ginjal. Koloid dapat meningkatkan tekanan osmotic dan menarik cairan keluar dari rongga interstitial kedalam pembuluh darah. Lama koloid tinggal dalam pembuluh darah bergantung pada berat dan ukuran molekul koloid jenis cairan koloid yang tersedia antara lain: gelatin dari kolagen hemacell dan gelofusal, dextran adalah polysaccharides  (dextran 70 dan 40) dan HES (hydroxyethyl starch) (hemohes 6% / 10 %)
Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral adalah pemberian nutrisi baik sebagian atau total secara intravena baik melalui vena perifer maupun vena sentral. Indikasi nutrisi parenteral adalah peradangan yang cukup berat, post operasi dimana intestinal belum normal, obstruksi usus  (Ca esophagus, Ca gaster, Ca colon dll), fistula dengan kehilangan cairan yang tinggi, tidak ada akses untuk nutrisi enteral dan pankretitis akut. Sedangkan zat nutrisi yang dibutuhkan adalah asam amino, dekstrose, fat, air dan elektrolit, vitamin dan trace elements. Kebutuhan kalori 25-30 kcal/kgBB/hari, nilai kalori karbohidrat 5 kcal/g. Kebutuhan protein 1-2 g/kgBB/hari, nilai kalori asam amino 4 kcal/g. kebutuhan lipid 25-40 dari total kalori yang dibutuhkan. Kebutuha cairan sekitar 30 cc/KgBB.kebutuhan Na100 mEq/hari, kalium 1mEq/kgBB/hari, calcium 10-20 mEq/d, magnesium 8-16 mEq/d, dan phosphorus 20-40 mmol.
Contoh larutan dan kandungannya per-liter
Nama produk
Osm
Na
K
Kalori
AA
Na Cl 0,9 %
300
154
-
-
-
Dekstrosa 5%
278
-
-
200
-
Dekstrosa 10%
506
-
-
400
-
KaEn Mg3
695
50
20
400
-
Pan Amin G
507
6
-
200
27,2
Triparen no.2
7NS
57,5
45
1168
-
Aminovel 600
1230
35
25
600
50
Triofusin E1000
>900
80
30
1000
-

            Efek samping parenteral adalah phlebitis. Kemasan yang lebih dari 900 mOsm bersifat hipertonis sehingga harus melalui vena sentral.
Teknik dan skema pemberiaan terapi nutrisi parenteral.  
            Pemberian nutrisi parenteral sebagian adalah pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Apabila pasien belum stabil, syok, dehidrasi maka tidak boleh TNPE total. Asam amino diberikan setelah kebutuhan kalori tercukupi dengan karbohidrat. Rute pemberianya melalui akses vena perifer ataupun vena sentral. Keuntungan pemasangan vena perifer adalah mudah, komplikasi mekanis rendah dan mudah teridentifikasi bila flebitis. Sedangkan kekurangannya adalah pembuluh darah perifer harus baik. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui VCS atau VCI, v. subclavia, v. jugularis interna atau eksterna dan v. femoralis. Keuntungan pemberian nutrisi parenteral melalui vena sentral adalah bisa untuk kemasan lebih dari 900mOsm, sedangkan kerugiannya adalah emboli udara, pneumotoraks, thrombosis vena sentral dan sepsis.
            Tahap pemberian TNPE adalah hari pertama 25% kebutuhan total, hari kedua 50% kebutuhan total, hari ketiga 75% kebutuhan total, hari keempat dan seterusnya 100%kebutuhan total. Hal yang harus di perhatikan dalam pemberian NPE adalah jika vena perifer perhatikan osmolaritas kemasan, pada kasus gagal jantung atau gagal ginjal hati-hati overload, pada kasus ensepalohepatik pilih AARC, hindari lemak pada kasus hiperlipidemia dan kenali karakteristik berbagai kemasan.
a.       

No comments:

Post a Comment