Sunday, July 26, 2020

SOP Penatalaksaan Hipoglikemia



Disampaikan oleh



dr.Suzanna Ndraha SpPD, KGEH, FINASIM

Diringkas oleh


Agung Setiawan S.Ked




Hipoglikemia

Definisi
      Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan dibawah nilai normal dan merupakan kondisi klinik yang membutuhkan penanganan yang bersifat emergensi. Batasan kadar glukosa darah rendah‖ untuk menetapkan seseorang mengalami hipoglikemia sangat bervariasi. American Diabetes Association (ADA 2005) menggunakan batasan 70 mg/dl atau kurang, sedangkan European Medicine agency (EMA 2010) menggunakan patokan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 54  mg/dl. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan American Diabetes Association (ADA)  menggunakan  patokan  70 mg/dl pada penderita diabetes melitus dan pada individu non-diabetes gejala-gejala hipoglikemia akan timbul bila kadar glukosa darah 55 mg/dl.1 Hipoglikemik dapat terjadi pada pasien  Diabetes Mellitus dan disebut Iatrogenic Hypoglycemia, sedangkan hipoglikemia pada pasien non-diabetes disebut hipoglikemia spontan.1,2


Epidemiologi
   Diantara Hipoglikemia yang disebabkan oleh faktor luar (eksogen), obat-obatan merupakan penyebab tersering, dan diantara obat-obatan tersebut, obat diabetes yang membantu meningkatkan kadar insulin serum merupakan penyebab utama. Berdasakan penelitian , terjadi penngkatan insiden hipoglikemia pada penderita yang diobati dengan obat-obatan diabetes, sejalan dengan kebijakan pengendalian glukosa darah secara intensif (Diabetes Control and Complication Trial dan United Kingdom Prosprective Diabetes Study). Sebagai contoh, terjadi peningkatan angka kejadian / episode hipoglikemia berat dari 20 episode per 100 penderita/tahun (dengan pengobatan “konvensional” menjadi 60 episode per penderita/tahun) dengan pengobatan “intensif” pada Diabetes tipe 1 yang diobati dengan insulin. Angka kejadian hipoglikemi pada DMT1 lebih tinggi dari pada DMT2, tetapi dampak yang ditimbulkan DMT2 justru lebih serius. Apalagi jika DMT2 yang disertai dengan usia lanjut, hipoglikemia tidak jarang mencetuskan gejala serius seperti stroke, infark miokard, gagal jantung akut, dan aritmia ventrikuler.2,3

Etiologi
       Hipoglikemia umum terjadi pada pasien Diabetes Melitus (DM) yang sedang mengkonsumsi obat hiperglikemik oral (OHO) atau insulin. Selain itu, hipoglikemik juga disebabkan oleh penyakit infeksi yang disertai sepsis, tumor, stress, difesiensi hormone dan penyakit autoimun, penyebab lain yang sering ditemukan adalah asupan makanan yang tidak adekuat, konsumsi alcohol yang berkepanjangan, interaksi obat, penyakit kronik pada hati dan ginjal. Hipoglikemuk juga sering ditemukan pada neonatus dan geriatri. Berikut adalah tabel beberapa hal yang dapat menyebabkan Hipoglikemik.

Tabel 1. Etiologi hipoglikemia berdasarkan penyebab hipoglikemia puasa dan reaktif

Hipoglikemia puasa (pasca absorbs)
Obat-obatan
Paling sering: Insulin, Sulfonylurea, Etanol
Kadang-kadang: Golong Quinine, Pentamidine
Jarang: Salisilat, Sulfonamide, dan lain-lain
Keadaan sakit berat
Gagal Hati, Ginjal, atau Jantung
Sepsis
Koma
Difesiensi Hormon
Kortisol, Growth Hormon, atau keduanya
Glukagon dan Epineprin ( DM dan Defiensi Insulin)
Tumor Sel – β
Hiperinsulin Endogen
Insulinoma
Penyakit Sel-β lainnya
Insulin Sertagogue
Autoimune (terutama autoantibodi terhadap insulin maupun insulin reseptor)
Penyakit pada Neonatus dan Balita
Transient Intolerance of Fasting
Hiperinsulin Kongenital
Defiensi Enzim Turunan

Hipoglikemia Reaktif (Post Prandial)
Postgastectomy
Non-insulinoma Pancreatogenous Hypoglycemia Syndrome
Penyebab Lain dari Hiperinsulin Endogen
Intoleransi Fruktosa Bawaan, Galaktosemia
Idiopatik


Manifestasi Klinis
     
   Gejala-gejala dari hipoglikemia dapat dikelompokkan atas gejala adrenergik dan gejala neuoglikopenik. Gejala adrenergik berupa terjadinya perubahan persepsi psikologis oleh karena keadaan hipoglikemia akan merangsang system simpato-adrenal (aktivasi system saraf otonom). Biasanya gejala adrenergic akan mulai terjadi bila glukosa darah <60 mg/dL gejala neuroglikopenik akan timbul akibat berkurangnya glukosa yang sampai ke otak. Sedangkan gejala neuroglikopenik akan dialami bila kadar glukosa darah < 50 mg/dL

Tabel 2. Tanda dan gejala umum hipoglikemia
Gejala Adrenergic
Tanda Neuroglikopenik
Pucat
Keringat dingin
Takikardi
Tremor
Lapar
Cemas
Gelisah
Pusing
Sakit kepala
Kebingungan
Penurunan konsentrasi
Kejang
Penurunan kesadaran
Koma


Diagnosis
   
1.      Gejala klinis Hipoglikemia
2.      Pemeriksaan kadar glukosa darah rendah
3.      Gejala klinis segera membaik setelah kadar glukosa darah menjadi normal


SOP penatalaksaan hipoglikemia
     SOP penatalaksaan Hipoglikemia ini bersumber dari RSUD Koja. Batasan Hipoglikemia yang diambil adalah <70 mg/dL atau sesuai dengan rekomendasi PERKENI 2015. Jika ada pasien terindikasi hipoglikemia, seperti dengan keluhan lemas sampai dengan penurunan kesadaran. Maka harus dilakukan pengukuran Glukosa Darah Sewaktu atau GDS. Jika nilai GDS <70 mg/dL maka berikan infus Dextrose 10% 1 sampai dengan 3 kolf / 24 jam. Pemberian infus ini harus mempertimbangkan kondisi pasien, terutama kondisi jantung dan ginjal pasien. Jika jantung dan ginjal pasien sudah mengalami penurunan fungsi maka Infus dekstrose 10% yang diberikan maksimal 1 kof / 24 jam. Hal ini bertujuan agar tidak membebani kerja jantung dan ginjal pasien.
     
       Setelah pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan dipantau GDSnya tiap 4 jam. Apabila GDS pasien sudah >200 mg/dL maka infus dekstrose 10% digantikan menjadi NaCl 0,9%. Selama dalam perawatan, gula darah pasien akan dipantau menggunakan kurva gula darah harian. Hal ini bertujuan untuk memastikan gula darah pasien sudah stabil. Jika selama perawatan gula darah pasien naik >200 mg/dL maka harus dikoreksi dengan insulin kerja cepat 5 unit atau dapat diberikan obat hipergikemik oral seperti gliquidone. Pada pemeriksaan kurva gula darah harian, pasien akan diperiksa 3x sehari yaitu sebelum sarapan, sebelum makan siang dan sebelum makan malam selama 3x seminggu. Hasil kurva gula darah pasien ini dapat menjadi pertimbangan untuk kepulangan pasien.



Akhir kata saya sebagai penulis berterima-kasih kepada dr. Suzanna Ndraha, SpPD, KGEH, FINASIM yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menulis dalam blog yang sangat mendidik ini, saya harap kepada pembaca dapat memberikan saran dan komentar dan terakhir mohon maaf jika dalam penyusunan masih terdapat kesalahan.



Daftar Pustaka
  1. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, Soewondo P, Suastika K, Manaf A et al. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta, PB PERKENI; 2015 hal 56-9.
  2. Mansyur AMA. Hipoglikemia dalam praktik sehari-hari. Makasar. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2018. Hal 20-33.
  3. Manaf A. Hipoglikemi: pendekatan klinis dan penatalaksaan. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta, Interna Publishing; 2014 hal 2357-60.
  4. Purnamasari D, Arsana PM. Hipoglikemia dan hiperglikemia. Dalam: Setyohadi B, Arsana PM, Soeroto AY, Suryanto A, Abdullah M, editor. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta, Interna Publishing;2016. Hal 400-11


1 comment:


  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.biz...^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete